Saturday, June 28, 2008

Tolong, Saya Terjerat Di Napsu Ini

Tolonglah Saya..

Bulan Juni 2004 kemarin, saya diundang untuk mengikuti pertemuan rutin tahunan dari satu group eksklusif yang anggota adalah orang-orang berperilaku seks menyimpang. Anggotanya berjumlah sekitar 250 orang dari beberapa kota besar. Namun yang hadir saat itu hanya sekitar 125 orang saja. Ada banyak hal yang saya dapat dan saya bisa pelajari dari hasil pertemuan itu. Bahkan ada beberapa kasus penyimpangan yang belum saya ketahui sama sekali sebelumnya.

Sangat banyak email saya terima yang berisi hujatan dan cercaan serta ketidakpercayaan akan cerita-cerita tentang penyimpangan seks. Saya hanya bisa menjawab bahwa walaupun kita yang merasa bermoral dan berahlak sangat baik sering menghina dan mencerca mereka yang hidup menyimpang dari kewajaran, tapi kita harus jujur mengakui bahwa ternyata sangat banyak tidak terhitung kasus ini terjadi di antara kita.

Bahkan di lingkungan keluarga kita sendiri. Siapa yang harus disalahkan? Moral? Ahlak? Atau kita sendiri yang harus disalahkan karena terlalu kejam menghujat mereka yang menyimpang sehingga mereka semakin tertutup dan semakin terpuruk di dalam komunitas minor mereka tanpa ada masukan pencerahan dari kita? Berikut akan saya kisahkan cerita nyata dari salah satu anggota group tersebut yang sepertinya mulai merasa tersiksa dengan kondisinya sekarang, tapi dia tidak bisa berbuat banyak karena batinnya tidak bisa lepas dari kebutuhannya.. Saya samarkan nama-nama dalam cerita ini.

*****

Beberapa tahun yang lalu, Jaka, saat itu 29 tahun, adalah satu eksekutif muda di suatu perusahaan ternama di Jakarta. Istrinya, Dewi, saat itu 24 tahun, adalah ibu rumah tangga yang aktif di beberapa kegiatan organisasi. Mereka dikaruniai 1 orang anak. Siang itu di ruangan kerja Jaka, Wenny, sekretaris Jaka sedang menghadap Jaka untuk menyerahkan beberapa berkas laporan.

"Semua berkas sudah aku serahkan. Ada perlu apa lagi Pak?" tanya Wenny sambil tersenyum manja.
"Ada.." kata Jaka.
"Apa?" tanya Wenny lagi sambil tetap tersenyum.
"Nanti jam istirahat kita makan dimana?" tanya Jaka sambil tersenyum.
"Ih, dasar.. Mau lagi ya?" tanya Wenny sambil tetap tersenyum.
"Kan baru kemarin aku kasih.." kata Wenny lagi.
"Kamu menggairahkan sih.." kata jaka sambil meremas pantat Wenny.
"Ya sudah nanti siang kita ke tempat biasa saja, ya?" tanya Jaka. Wenny mengangguk.
"Suami kamu belum pulang, ya?" tanya Jaka.
"Belum. Dia masih di Semarang. Wah kalau dia ada disini, mana bisa kita berduaan. Dia pasti ajak aku makan siang bersama," kata Wenny.
"Ya sudah kalau begitu. Bereskan semua kerjaan kamu.." kata jaka.

Wenny lalu meninggalkan ruangan tersebut. Tengah harinya Jaka dan Wenny terlihat meluncur ke sebuah hotel. Setelah check-in, mereka segera masuk ke kamar.

"Aku selalu merindukan kamu," kata Jaka sambil memeluk pinggang Wenny lalu mencium bibirnya.

Wenny membalasnya dengan panas. Lidah Wenny bermain liar di dalam mulut Jaka, sementara tangannya meremas selangkangan Jaka yang sudah terlihat menggembung.

"Ohh.. Kamu sangat pintar dan memuaskan.. Mmhh," bisik Jaka sambil meremas pantat Wenny.
"Cepat buka bajunya.." kata Wenny kepada Jaka sementara dia sendiri mulai melucuti semua pakaiannya.

Setelah keduanya telanjang, tangan Wenny menarik tangan Jaka ke ranjang lalu mendorongnya agar telentang. Dijilatinya puting susu Jaka lalu turun ke perut, sementara tangannya meremas dan mengocok kontol Jaka yang sudah tegang.

"Ohh sayang.." desah Jaka sambil terpejam.
"Ohh.. Mmhh.." desah Jaka makin keras terdengar ketika kontolnya terasa hangat dan nikmat berada dalam kuluman mulut Wenny.
"Terus, Wen.. Teruss.." bisik Jaka sambil terpejam dan menggoyangkan pinggulnya.

Setelah beberapa lama, Wenny menghentikan hisapannya pada kontol Jaka. Dia bangkit lalu naik dan mencium bibir Jaka. Kemudian dalam posisi mengangkangi wajah Jaka, Wenny mendekatkan memeknya ke mulut jaka.

"Jilati, sayang.." bisik Wenny. Lidah Jaka tak lama kemudian sudah bermain di belahan memek Wenny.
"Oww.." desah Wenny sambil terpejam sambil menggoyangkan pinggulnya.
"Oh sayangg.. Ohh.." desah Wenny keras ketika kelentitnya dijilat lidah Jaka.
"Terus sayang.. Terusshh.." desah Wenny sambil mendesakkan memeknya ke mulut jaka.

Lalu digoyang pinggulnya lebih cepat sambi Jaka agak gelagapan tak bisa bernafas.

"Ohh.. Ohh.. Ohh.." jerit Wenny ketika terasa ada yang menyembur di dalam memeknya.
"Nikmat sekali sayang.." kata Wenny tersenyum sambil menurunkan badannya dan berbaring di samping Jaka.

Jaka yang sudah bernafsu, langsung bangkit lalu membuka kaki Wenny lebar sehingga memeknya tampak terbuka. Diarahkan kontolnya ke lubang memek Wenny. Dengan sekali tekanan, bless.. Kontol Jaka sudah masuk ke dalamnya. Wenny terpejam menikmati nikmatnya rasa yang ada ketika kontol jaka dengan perkasa keluar masuk di dalam memeknya.

"Ohh.. Fuck me!" desah Wenny sambil menatap mata Jaka.
"Aku selalu bergairah kalau melihat kamu di kantor.." kata Jaka di sela-sela persetubuhan itu.
"Kenapa?" tanya Wenny sambil tersenyum.
"Karena kamu sangat sexy.." kata jaka lagi sambil terus memonpa kontolnya.
"Aku pengen ganti posisi.." kata Wenny.

Jaka menghentikan gerakan dan mencabut kontolnya dari memek Wenny. Wenny kemudian bangkit lalu nungging.

"Cepat masukkan, sayang.." kata Wenny.

Jaka mengarahkan kontolnya ke lubang memek Wenny yang jelas terbuka. Lalu, blep.. blep.. blep.. Kontol jaka kembali keluar masuk memek Wenny.

"Ohh.." desah wenny sambil memejamkan matanya.

Setelah beberapa lama, Jaka makin cepat mengeluar masukkan kontolnya ke memek Wenny. Kemudian Jaka mendesakkan kontolnya dalam-dalam sampai amblas semua ke dalam memek Wenny. Crott! Crott! Crott! Air mani Jaka muncrat di dalam memek Wenny banyak.

"Ohh.. Enak sekali sayang.." kata Jaka sambil mencabut kontolnya.
"Hisap, sayang.." kata Jaka.

Wenny lalu bangkit kemudian tanpa ragu kontol Jaka dijilat membersihkan sisa air mani di batangnya. Kemudian mulutnya langsung mengulum dan menghisap kontol Jaka.

"Sudah sayang.." kata Jaka, lalu mencium bibir Wenny mesra.

Setelah berpakaian dan merapikan diri, mereka segera pergi untuk makan siang dan melanjutkan pekerjaan di kantor. Sore harinya, Jaka pulang ke rumah. Dewi dan anaknya menyambut gembira kepulangan Jaka. Setelah mandi, Jaka duduk dengan Dewi di ruang keluarga sambil memangku anaknya.

"Mau makan, tidak?" tanya Dewi.
"Nanti sajalah.. Aku masih kenyang," sahut Jaka.
"Nanti hari Minggu kita ajak anak kita berenang ya?" ajak Dewi.
"Boleh.." jawab Jaka pendek sambil membuka-buka koran.

Malam harinya, di tempat tidur, Dewi yang sedang naik birahi, sedang memeluk tubuh Jaka yang sedang memejamkan matanya.

"Ayo, dong.." bisik Dewi.
"Apa sih?" kata Jaka sambil tetap memejamkan matanya.
"Aku pengen.." kata Dewi memohon.
"Aku capek seharian kerja, sayang.. Besok lagi ya.." kata jaka sambil mengecup bibir Dewi lalu kembali memejamkan matanya.

Dewi yang merasa kecewa hanya diam. Hari Minggu, sesuai dengan rencana, Jaka dan Dewi pergi ke kolam renang untuk mengantar anaknya. Disana sudah banyak yang berenang. Tua muda, laki perempuan. Setelah Dewi berganti pakaian renang dengan anaknya, mereka langsung masuk kolam. Jaka hanya duduk di pingir kolam melihat istri dan anaknya.

"Tidak ikut berenang, Mas.." tanya seorang pria mengagetkan Jaka.
"Eh, tidak.. Males," kata Jaka sambil melirik ke orang tersebut.
"Kenalkan, saya Edi.." kata pria itu.
"Jaka," kata Jaka sambil bersalaman.

Jaka menatap Edi. Sangat ganteng dan tubuh Edi sangat bagus seperti orang yang sering fitness. Juga terlihat celana renang mininya sangat menggembung bagian depannya pertanda dia punya kontol yang besar.

"Boleh saya duduk disini?" kata Edi.
"Oh, boleh.. Boleh.." kata Jaka.

Edi duduk berhadapan dengan Jaka. Jarak mereka cukup dekat. Mereka bicara ngalor ngidul tentang keluarga, pekerjaan dan lain-lain. Pada mulanya Jaka biasa saja, tapi entah kenapa lama-kelamaan Jaka sangat suka pada wajah ganteng Edi. Ditatapnya lekuk wajah Edi yang sempurna. Ada perasaan berdesir di hatinya. Apalagi ketika melihat Edi tersenyum, jaka merasa sangat ingin mengecup bibirnya. Jaka akhirnya menjadi salah tingkah.

"Kenapa, Mas?" tanya Edi sambil tersenyum.

Dengan sengaja tangannya menggenggam tangan Jaka. Jaka berdesir darahnya. Entah kenapa ada perasaan senang ketika tangannya digenggam.

"Tidak apa-apa.." kata Jaka sambil menatap Edi.

Mereka saling bertatapan selama beberapa saat. Hati Jaka benar-benar tak menentu ketika saling bertatapan sambil digenggam tangannya.

"Kita bicara di tempat yang lebih nyaman saja, Mas.." kata Edi.

Jaka diam sambil melirik anak istrinya yang sedang berenang. Jaka bangkit lalu menghampiri mereka di tepi kolam.

"Aku keluar sebentar dengan dia ya, sayang? Ada sedikit bisnis.." kata jaka sambil menunjuk Edi.

Edi tersenyum dan mengangguk ke Dewi ketika Dewi meliriknya. Dewipun tersenyum.

"Jangan lam-lama ya.." kata Dewi.
"Iya," kata Jaka sambil bangkit lalu menghampiri Edi.
"Kemana kita?" tanya Jaka.
"Kita bicara di tempat parkir saja biar tenang.." kata Edi sambil melangkah diikuti Jaka.

Jaka terus menatap tubuh dan bokong Edi dari belakang. Darahnya semakin berdesir. Setelah Edi berganti pakaian, mereka lalu menuju tempat parkir.

"Di dalam mobil saya saja kita bicara," kata Edi sambil membuka pintu mobil berkaca gelap.
"Lebih tenang dan nyaman," kata Edi lagi.

Merekapun segera masuk.

"Saya suka kepada Mas.. Mas cakep," kata Edi sambil mengenggam tangan Jaka.

Jaka terdiam sambil menatap Edi. Hatinya berdebar disertai dengan munculnya satu gairah aneh ketika menatap Edi. Edi tersenyum lalu mendekatkan wajahnya ke wajah Jaka. Tak lama bibirnya mengecup bibir Jaka. Jaka terdiam, tapi perasaannya sangat senang. Lalu tak lama Jaka membalas kecupan bibir Edi. Ciuman mereka makin lama makin liar disertai permainan lidah..

"Buka celananya, Mas.. Waktu kita tidak banyak, anak istri Mas menunggu," kata Edi sambil dia sendiri melepas celana pendek dan celana dalamnya.

Tampak kontolnya sudah tegak. Jaka agak ragu untuk melepas celananya. Edi tersenyum lalu tangannya segera membuka sabuk dan resleting celana Jaka. Kemudia diperosotkannya celana Jaka sampai lepas. Celana dalam Jaka tampak menggembung. Edi lalu melepas celana dalam Jaka.

"Kontol Mas sangat besar," kata Edi sambil meremas kontol Jaka.

Jaka terdiam sambil merasakan suatu sensasi kenikmatan ketika kontolnya dikocok oleh sesama lelaki. Apalagi ketika mulut Edi telah mengulum kontolnya. Jaka terpejam sambil meremas rambut Edi.

"Ohh.." desah Jaka. Edi terus menjilat, menghisap, dan mengocok kontol Jaka.
"Gantian, Mas.." kata Edi.

Sambil menempatkan diri di kursi. Dengan agak ragu, karena pertama kali, Jaka menggenggam kontol Edi yang tegang berdenyut. Matanya terus menatap kontol yang digenggamnya.

"Kocok, Mas.." bisik Edi.

Jaka secara perlahan mengocok kontol Edi. Edi terpejam menikmatinya. Lama kelamaan Jaka makin asyik menikmati permainan tersebut. Dengan gairah yang makin lama makin tinggi, tangannya terus mengocok kontol Edi. Lalu tanpa ragu lidahnya mulai menjilati kepala kontol Edi. Ada cairan bening asin dan gurih terasa. Jaka terus melumat kontol Edi dan menghisapnya sambil sesekali mengocoknya.

"Ohh.. Nikmatthh.." desis Edi sambil meremas rambut Jaka.

Tak lama tubuh Edi mengejang. Didesakan kepala Jaka hingga kontolnya hampir masuk semua ke mulut Jaka. Lalu, crott! crott! Air mani Edi muncrat di dalam mulut Jaka. Jaka langung melepaskan kulumannya. Perutnya terasa mual ketika air mani Edi muncrat di dalam mulutnya. Banyak air mani di dalam mulut Jaka yang akan diludahkan.

"Jangan diludahkan!" kata Edi sambil dengan cepat melumat bibir Jaka.

Dihisapnya semua air mani di mulut Jaka sampai habis lalu ditelan. Lalu dilumatnya lagi bibir Jaka. Mereka berciuman liar sambil saling kocok kontol. Tak lama kemudian Edi naik ke pangkuan Jaka. Diarahkan lubang anusnya ke kontol Jaka. Setelah masuk. Secara perlahan tubuh Edi naik turun sambil matanya terpejam menikmati nikmatnya kontol jaka di anusnya. Sementara Jaka juga terpejam sambil menggerakan kontolnya keluar masuk anus Edi.

"Ohh.. Sshh.." desis Jaka merasakan nikmatnya kontol keluar masuk anus Edi.
"Enak, Mas?" bisk Edi.

Jaka tak menjawab. Hanya pejaman mata dan desahan kenikmatan saja yang keluar dari mulutnya.

"Aku mau keluarrhh.." bisik Jaka. Gerakannya makin cepat.
"Keluarkan.. Puaskan.." bisik Edi.

Jaka memegang pinggang Edi lalu didesakan ke kontolnya hingga kontol Jaka masuk semua ke anus Edi. Croott! Croott! Croott! Air mani Jaka muncrat di dalam anus Edi.

"Ohh.. Nikmat sekali.." kata Jaka lemas sambil memeluk tubuh Edi.

Edi bangkit lalu mulutnya segera menjilat dan menghisap kontol Jaka yang berlumuran air mani sampai habis. Setelah itu mereka berciuman..

"Kapan kita bisa bertemu lagi," kata Edi sambil berpakaian.
"Kapanpun kamu mau," kata Jaka sambil berpakaian pula lalu menyerahkan kartu namanya kepada Edi.

Setelah berciuman mesra sebentar, Edi segera pergi meninggalkan tempat tersebut. Jaka segera kembali menemui keluarganya di kolam renang.

"Bisnis apa sih?" tanya Dewi.
"Lumayanlah sebagai sampingan, siapa tahu berhasil," kata Jaka.

Dewi diam karena dipikirnya jaka benar-benar berbisnis dengan Edi. Begitulah, sejak saat itu Jaka telah benar-benar menjadi petualang seks yang hampir melupakan keluarganya. Telah sangat banyak wanita yang dikencaninya, juga sangat banyak laki-laki yang dipacarinya. Tapi tetap Jaka menjadikan Edi sebagai kekasih utamanya. Memang secara materi, Jaka selalu memberikan apapun dan berapapun yang Dewi butuhkan. Tapi tidak secara batiniah.. Dewi sebetulnya sudah mulai merasa jenuh dan tersiksa akan kehampaan batinnya.

Sampai suatu ketika.. Hari Minggu itu Jaka pamit kepada Dewi untuk bertemu Edi di suatu tempat demi kepentingan bisnis. Sebenarnya Jaka menemui Edi di suatu motel untuk berkencan. Setelah check-in, mereka segera masuk kamar.

"Lama amat sih, Mas," kata Edi sambil memeluk Jaka lalu melumat bibirya.

Jaka tidak menjawab, hanya balasan lumatan bibirnya saja yang menandakan kalau Jaka bergairah. Sambil tetap berciuman, tangan Edi dengan cepat membuka semua kancing baju dan resleting celana Jaka.

"Buka bajunya, Mas.." kata Edi tak sabar.

Jaka lalu melepas semua pakaiannya sambul tersenyum. Setelah Jaka telanjang, Edi langsung jongkok lalu mengulum kontol Jaka dengan bernafsu.. Begitulah, mereka memacu birahi saat itu tanpa menyadari ada seorang wanita dan anak kecil yang duduk menunggu di depan kamar mereka.

Dialah Dewi.. Sebetulnya Dewi sudah lama mendengar selentingan tentang kelakuan Jaka. Tapi Dewi tetap bertahan karena rasa cintanya kepada Jaka masih besar kala itu, juga karena tidak ada bukti. Setelah selesai melampiaskan nafsu birahi mereka, Jaka dan Edi berciuman lalu segera berpakaian. Sambil berpegangan tangan dan tersenyum penuh arti, mereka membuka pintu kamar untuk pulang. Ketika pintu terbuka.. Jaka terkesiap darahnya tanpa bisa bicara sepatah katapun. Matanya nanar menatap Dewi dan anaknya.

"Aku sudah lama mendengar kelakuan kamu dari teman-teman kamu.." kata Dewi dengan nada datar bergetar menahan amarah.
"Kalau kamu berhubungan hanya dengan perempuan, aku masih bisa memaafkan kamu.." kata Dewi dengan suara mulai terbata-bata.
"Tapi tidak dengan kelakuan menjijikan ini!" suara Dewi mulai meninggi sambil berderai air mata.
"Aku minta cerai!!" bentak Dewi.
"Sekarang juga aku mau pulang ke rumah orang tua.. Jangan temui aku dan anakmu lagi!" bentak Dewi lagi.
"Aku akan kirim gugatan cerai untuk kamu tanda tangani lewat pengacara.." kata Dewi lagi sambil segera menarik tangan anaknya dan berlari ke jalan untuk memanggil taksi.

Jaka dan Edi hanya diam mematung..

*****

Menurut penuturan Jaka, tak lama kemudian mereka resmi bercerai. Sampai detik ini rasa rindu Jaka kepada Dewi, dan
terutama rindu kepada anaknya sangatlah besar dan sangat menyiksa batinnya. Jaka sangat ingin untuk bisa kembali bersama mereka.

Pernah beberapa kali Jaka mencoba untuk mengubah kebiasaan yang selama ini dijalaninya, tapi tidak membuahkan hasil. Sudah beberapa psikiater dan pemuka agama yang dimintai pertolongannya, tapi tetap nihil. Keinginan dan hasratnya untuk bercinta dengan wanita dan juga lelaki sangatlah tidak bisa dibendung.. Batinnya sudah tersiksa oleh rasa rindu akan keluarga dan keinginan untuk berubah, tapi raganya tidak bisa membendung gairahnya..

Semua nasihat yang sangat mudah diucapkan oleh orang yang dimintai tolong, ternyata sangat susah dilakukan..


E N D

Antara Penis Hijau Dan Penis Putih

Penis Hijau dan Penis Putih

Ketika angin yang dingin itu berhembus, kulit pria yang ditumbuhi oleh bulu-bulu itu pun tampak bersinar dengan terang menggambarkan dengan jelas lekuk-lekuk kejantanannya. Dengan perlahan-lahan tetapi pasti dia mulai menancapkan batang penisnya yang kokoh ke dalam lubang vagina teman tidurnya. Tentu saja wanita itu mengerang dengan halus karena si pria dengan begitu pandainya memasukkan dan mengeluarkan kembali penisnya secara perlahan-lahan dan itu mengundang setitik demi setitik rasa nikmat yang tiada tara.

Karena terlalu lambat dalam menggerakkan pinggulnya, si wanita pun mendorong tubuhnya ke arah depan mengimbangi gerakan tubuh si pria yang menurutnya sangat lambat.

"Astaga, Sayang! Sungguh permainan yang seimbang dan ini sungguh mendatangkan rasa nikmat yang tiada tara. Gila..! Nikmat sekali..!" kata si wanita di sela-sela rasa kenikmatan yang menderanya.

Makin lama gerakan pinggul si pria semakin cepat dan semakin cepat. Si wanita berteriak histeris karena dia telah mencapai orgasme yang disertai dengan sperma si pria yang berhamburan di mana seperti pistol air yang ditembakkan. Crot! Crot! Terdengar lenguhan si pria yang menanda berakhirnya permainan seks itu.

Kedua artis porno itu turun dari ranjang begitu sutradara mengatakan, "Cut!"

*****

"Aku Violito Erdiwan. Aku selalu menghabiskan sebagian besar waktuku untuk bermain film porno yang diambil secara ilegal. Di sisi lain aku juga bekerja sebagai manager personalia yang cekatan. Aku lebih suka pekerjaanku sebagai bintang film porno daripada sebagai seorang manager. Aku bisa menghasilkan uang yang lebih banyak di bidang ini. Aku harus mengumpulkan uang yang banyak supaya aku bisa menemukan kembali adikku yang hilang puluhan tahun yang lalu,"

Violito mengenakan kembali celana dalamnya yang berwarna merah tua. Saat dia hendak mengenakan singletnya, artis wanita tadi masuk ke dalam kamar mandi itu. Dia tidak berkata apa-apa tetapi dia hanya duduk di atas wastafel sambil membuka kedua pahanya lebar-lebar mempertontonkannya lubang kenikmatannya yang menggoda selera. Violito tidak jadi mengenakan singletnya tetapi dia terus memandang liang kenikmatan itu dengan bayangan betapa nikmatnya apabila dia bisa menjilat lubang itu.

Wanita itu meremas-remas batang kemaluan Violito yang sudah menegang.

"Aahh..!! Aahh..!!" lenguhan Violito makin lama makin tak tertahankan.

Dia baru saja melakukan satu adegan tadi dan kini gairahnya naik lagi. Tanpa banyak berkata lagi. Dia langsung menanggalkan celana dalamnya dan menghujamkan penisnya ke lubang vagina wanita itu.

Gerakan memompa pun dimulai dan si wanita dibuat kewalahan oleh gairah Violito yang memuncak. Tak lama kemudian, si wanita mencapai orgasme dan setetes cairan ejakulasi menetes dari liang kemaluannya yang masih digesek oleh kulit penis Violito yang kekar. Si wanita bermaksud menyuruh Violito untuk berhenti sebentar tetapi gairah dan nafsu Violito yang meledak sudah tidak bisa dikendalikan lagi. Dia terus saja menusuk dan menusuk. Setelah dia tidak mampu mempertahankan bentengnya, dia baru menusuk dengan kecepatan yang lebih rendah. Dia tidak mengeluarkan penisnya tetapi dia terus menusuk dan akhirnya spermannya berhamburan di dalam lubang kemaluan si wanita.

Si wanita lemas tak bertenaga duduk di atas wastafel itu. Violito melemparkan sebutir pil kepadanya.

"Minum ini. Aku takkan mempertanggungjawabkan gairahku yang hanya sesaat itu,"

Setelah mengenakan pakaiannya, Violito keluar dari kamar mandi.

"Beginilah aku. Gairahku sangat besar padahal aku baru berumur 21 tahun. Tetapi, di sisi lain aku memiliki otak yang cemerlang sehingga aku bisa diangkat menjadi manager personalia di kantor. Aku memang nakal kalau menyangkut hubungan seks. Rata-rata pegawai wanita muda yang bekerja di perusahaan itu telah merelakan vagina mereka menjadi santapan penisku. Setelah melewati penisku, mereka baru bisa bekerja di perusahaan itu. Namun, sekarang yang sangat kuinginkan adalah mencari kembali adikku yang hilang."

"Keluarga kami adalah keluarga yang sangat mengerikan. Ayahku adalah gigolo yang saat itu adalah gigolo yang paling terkenal karena dia memiliki penis yang terpanjang di lingkungan tempat kami tinggal. Dia sudah melayani lebih dari seratus janda-janda dan wanita-wanita tua yang kesepian. Kekayaannya jauh melebihi kekayaan yang sudah kukumpulkan hingga sekarang."

"Ibuku adalah pelacur kelas tinggi yang selalu melayani nafsu para pejabat-pejabat tinggi dan pegawai negara dan kekayaan ibuku juga tidak kalah banyak dari kekayaan ayahku. Dari kedua orang inilah lahirlah aku dan adikku. Kami terlahir ke dunia ini dengan membawa satu keanehan. Bahkan, dokter pun tidak bisa memberikan penjelasan mengapa hal itu bisa terjadi pada diri kami berdua. Namun, ayahku menganggapnya sebagai suatu keajaiban dan dia menerka aku dan adikku pasti akan lebih hebat daripada dirinya nanti. Penisku tidak seperti penis kebanyakan pria pada umumnya. Penisku berwarna hijau muda. Untuk itulah di tempat pengambilan film porno itu banyak yang memanggilku dengan sebutan Penis Hijau."

"Penis adikku memiliki warna yang jauh lebih unik. Penisnya berwarna putih. Penisnya sangat putih dan bersih tetapi penis itu kokoh, mampu mendatangkan kenikmatan yang tiada tara. Aku sendiri pernah melihatnya bercumbu dengan pacarnya ketika dia berumur 15 tahun. Pacarnya sendiri mengatakan dia tidak menyesal menyerahkan keperawanannya kepada Virginio (nama adikku) karena Virginio telah memberikan kenikmatan yang luar biasa kepada vaginanya yang haus akan sperma dan penis yang perkasa."

"Namun, Ayah dan ibuku mati muda karena terjangkit virus HIV. Keluarga kami terpecah belah. Karena kondisi ekonomi keluarga aku dan Virginio terpaksa berpisah. Sekarang setelah mengumpulkan banyak uang aku akan mencarinya dan kami akan berkumpul kembali"

*****

Violito masuk ke dalam sebuah kamar. Dia mendapati temannya, Freddy Natsim sedang menusuk-nusuk lubang vagina kekasihnya yang kesepuluh, Monica Duarsa. Monica berteriak-teriak penuh rasa nikmat.

"Tidak..!! Freddy! Lebih dalam lagi.. Oh..!!"

Freddy membalikkan badan Monica dan dia menusuk-nusuk vagina kekasihnya itu dengan lebih cepat lagi. Dia ingin segara mengeluarkan spermanya dan melampiaskan gairahnya yang sudah tak terbendung lagi.

"Aku sudah mau keluar.. Akan kupercepat gerakannya.."

Crot! Crot! Crot!

Sperma Freddy berhamburan menodai meja dan sofa yang menjadi arena pertandingan mereka. Tetapi, Monica yang belum mencapai puncak kenikmatan terus memaksa Freddy meneruskan goyangannya. Dia menempatkan Freddy di posisi bawah dan dia yang mengambil kendali memompa bergerak naik turun. Freddy mengerjap-ngerjapkan matanya memancarkan kenikmatan yang tiada batas. Sesaat kemudian, Freddy sudah tidak tahan lagi dan air maninya pun berhamburan di dalam liang vagina Monica.

Monica sangat susah mencapai puncak kenikmatan. Violito menanggalkan sendiri pakaiannya. Dia menarik Monica menjauhi Freddy yang sudah kelelahan. Dengan beberapa tusukan yang dahsyat saja Monica langsung mencapai puncak kenikmatan dua kali berturut-turut. Setelah Monica mendapatkan kepuasan, Violito langsung menancapkan penisnya ke dalam mulut Monica dan melakukan gerakan memompa dengan goyangan pinggulnya yang bergerak maju mundur. Terlihatlah penis kekarnya yang berwarna hijau terang masuk dan keluar dari mulut Monica. Akhirnya, sperma dan air mani Violito pun keluar mengotori mulut Monica.

"Aahh!" suara lenguhan Violito keluar bersamaan dengan air maninya yang berhamburan keluar.
"Astaga! Kau hebat sekali, Violito! Lain kali akan kita lanjutkan ya!" kata Monica sambil berpakaian.
"Kalau kau ingin berbincang-bincang dengan Freddy, aku akan segera pergi. Berbicaralah! Sayang! Nanti malam aku akan ke rumahmu,"

Setelah berkata demikian, Monica pun keluar dari kamar itu. Tinggallah Violito dan sahabat baiknya yang telanjang bulat.

"Penismu memang hebat. Kau memang berhak mendapat penghargaan atas gairahmu yang meledak-ledak dan penismu yang kokoh, Penis Hijau," kata Freddy, "Kau berhasil menaklukkan wanita yang seagresif Monica. Terus terang saja, aku mulai menyesal memilihnya menjadi pacarkku yang ke-10. Ngomong-ngomong, aku sudah menemukan keberadaan adikmu, Virginio,"
"Apa??" kata Violito spontan, "Secepat itu? Di mana dia sekarang? Bagaimana kehidupannya?"
"Sebaiknya.. Sebaiknya kau lupakan saja dia. Aku memberimu saran seperti ini bukan karena aku ingin menjauhkanmu dari adikmu tetapi saat aku berbicara dengannya aku tahu dia tidak sama seperti dulu lagi. Lima tahun berpisah telah membuat jarak di antara kalian semakin jauh dan hubungan persaudaraan kalian semakin jauh," kata Freddy sambil mengenakan celana dalamnya.

Dia merebahkan dirinya di sofa.

"Apa maksudmu?" tanya Violito yang sudah berpakaian lengkap.
"Kemarin setelah menemukannya aku sempat berbicara dengannya. Dia sangat membenciku dan dia bilang dia menyesal pernah berteman denganku. Dia menyesal pernah berteman dengan orang yang sekotor diriku, hanya bisa mengandalkan penisku untuk bermain film porno mencari uang. Kau lebih hebat dariku dan filmmu lebih banyak dariku. Apa kau pikir dia mau menerimamu sebagai kakaknya? Dia sudah jauh berubah. Ketika aku melihat seorang anak kecil memanggilnya dengan sebutan Papa, pertahananku langsung runtuh. Virginio sudah berubah,"
"Tidak! Aku tidak percaya dia bisa berubah sedrastis itu. Dia adalah Penis Putih. Dia adikku. Mengapa dia bisa sampai membenciku? Tidak..! Aku tidak percaya sebelum aku sendiri yang berbicara empat mata dengannya,"

*****

"Hidupku sangat bahagia sekarang ini. Kebahagiaan yang kurasakan sekarang mempunyai arti yang sangat berbeda dengan kehidupan kita dulu. Kau tahu khan apa yang kumaksud?" tanya Virginio dengan tatapan matanya yang tenang.

Violito sangat kecewa dengan sikap Virginio yang ditunjukkan oleh adiknya itu terhadapnya.

"Mengapa kau bisa berubah sedrastis ini, Virginio? Aku telah mengorbankan banyak hal agar aku bisa mengumpulkan banyak uang dan membiayai kehidupan kita berdua. Kau tidak akan mencampakkan diriku dan semua pengorbananku bukan?" tanya Violito terus terang.

Mendengar itu, Virginio melebarkan kelopak matanya. Dia menarik tangan kakaknya dan membawa kakaknya ke kamar mandi. Di sana dia menanggalkan celananya sendiri dan kemudian menanggalkan celana dalam kakaknya. Violito tentu saja terkejut. Belum sempat dia berbicara, adiknya sudah menancapkan batang penisnya ke dalam liang anusnya. Violito hanya bisa mengerang-erang halus penuh rasa nikmat menerima serangan tusukan yang bertubi-tubi itu.

"Aahh..!! Nikmat sekali, Adikku Sayang! Teruskan!!"

Goyangan itu makin lama makin kencang sampai-sampai cermin besar yang ada di hadapan mereka juga bergetar.

Crot! Crot! Crot!

Akhirnya dengan penuh nafsu Virginio mengeluarkan air maninya dan air mani itu mengotori wajah kakaknya. Dia pun mengenakan celananya kembali.

"Lihat dirimu sendiri di depan cermin!" hardik Virginio, "Aku bahkan jijik melakukan hal itu dengan Kakak kandungku sendiri. Tetapi, kau malah mengatakan bahwa hal itu adalah hal yang bisa mendatangkan kenikmatan dan kita harus meneruskannya. Aku sudah berubah. Aku takkan merendahkan diriku dengan mengakui orang sepertimu sebagai kakakku. Lima tahun ini telah membuka mataku bahwa jalan hidup yang pernah kulalui sebelumnya sangatlah tidak berharga."
"Kau mau supaya aku menerima semua pengorbananmu bukan? Anggap saja hubungan seks ini sebagai tanda penghargaan dariku. Jangan pernah mencariku lagi sebelum kau berubah!"

Virginio berlalu dengan wajah yang penuh dengan kekesalan. Dia keluar dari kamar mandi meninggalkan Violito yang diam-diam meneteskan air mata di lantai kamar mandi itu. Dia merasa dirinya sangat terhina. Timbullah sebersit rasa benci terhadap dirinya sendiri. Semua kenangan yang pernah dialaminya mendadak berubah menjadi sebuah lembaran penyesalan yang menghantuinya.

"Inilah balasan yang kudapatkan? Sekarang aku benar-benar tidak tahu harus bagaimana.."

Air mata Violito terus mengalir tanpa henti.


E N D

Pengalaman Sensasional Yang Takkan Kulupakan

Pengalaman Sensasional

Satu lagi pengalamanku yang kutuangkan dalam tulisan, mungkin ini adalah kejadian yang umum, tetapi bagiku.. Ini adalah pengalaman yang sensasional dan terjadi pada masa sekarang. Dan untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.. Sengaja nama pelaku aku samarkan, kecuali namaku.

Dalam posisiku sebagai sekretaris sekarang ini, maka hubungan dengan relasi tidak bisa aku hindari.. Tugas entertaint selalu diberikan kepadaku, mungkin bos ku tahu benar bagaimana memanfaatkan kecantikanku didalam menghadapi klien atau relasinya, hingga akhirnya aku berkenalan.. Sebut saja namanya Mas Andy.. Seorang eksekutif muda.. Usianya kira-kira 30 tahun, tinggi 175 cm dengan bentuk tubuh proposional. Mas Andy ini sudah berkeluarga dan punya 2 putra, dalam sehari bisa 3-4 kali Mas Andy menghubungiku via telepon..

Dari membicarakan hal-hal yang berhubungan dengan bisnis sampai ke permasalahan rumah tangganya.. Hingga akhirnya aku mendengarkan pengakuan dari Mas Andy, ternyata dia seorang bisexual.. Gila..? Memang gila.. Tetapi aku malah antusias mendengarkan ceritanya, dan menurut pengakuannya.. Sekarang ini dia juga jalan dengan salah satu karyawannya.. Dan mereka telah jalan 1 tahun lamanya tanpa sepengetahuan siapa-apa.. Kecuali aku..

Sejak pengakuannya itu.. Mas Andy sering menelponku.. Dan apabila pembicaraan sudah menyinggung hubungan dengan karyawannya itu.. Aku tidak sungkan untuk mengodanya, kata.. Wah.. Asyik nih main pedang.. Atau gimana sih Mas ML nya.. Candaku selalu dijawab dengan tertawa saja oleh Mas Andy.

Hari itu adalah hari jumat, dan seperti biasa Mas Andy kembali menghubungiku via telepon.

"Hallo.. Selamat sore Nia" serunya.
"Oh.. Mas Andy.. Selamat sore juga Mas" sahutku.
"Apa nih acaranya nanti malam?"
"Wah.. enggak ada acara nih Mas"
"Gimana kalau nanti malam kita jalan.. Nanti kukenalkan temanku" seru Mas Andy lagi.

Aku tahu yang dimaksud "temannya" itu adalah teman jalannya, dan memang akupun penasaran seperti apasih teman Mas Andy itu.

"Boleh aja Mas" jawabku.
"Oke.. Nanti aku jemput jam 8 malam yaa" serunya lagi.

Jam 19.30 aku sudah berdandan rapih, aku memakai t'shirt dan jeans ketat, dibalik itu aku memakai bra dan g-string berwarna pink.. Warna favoritku, rambut hitamku yang panjang kubiarkan terurai kebelakang, dan benar.. Tepat jam 20.00 Mas Andy datang menjemputku, aku pun langsung masuk ke dalam mobilnya dan duduk di depan.

"Wah.. Malam ini kamu cantik sekali Nia" puji Mas Andy, aku hanya tersenyum saja, lalu.
"Nia.. Kenalkan temanku" seru Mas Andy.

Ternyata dibangku belakang duduk seorang laki-laki, aku pun menoleh sembari mengulurkan tanganku.

"Nia.. "sahutku,
"Joni.." sahut pria itu sembari menjabat tanganku.

Mhmm.. Ternyata yang namanya Joni ini macho juga.. pikirku. Selama perjalanan kami banyak ngobrol, dan dari pembicaraannya aku tahu kalau usia Joni ini sepantaran dengan aku yaitu 24 tahun, dan dia berasal dari daerah.. Dikota ini dia mengontrak rumah dan tinggal sendirian.

Malam itu kami habiskan dengan duduk-duduk dan ngobrol di sebuah cafe.. Dan aku merasa geli juga melihat tingkah laku Mas Andy dan Joni.. kadang-kadang dalam tawa canda mereka.. Suka saling pandang dan sekali-kali saling berpegangan tangan layaknya seperti dua orang kekasih.. Apalagi sedari tadi tidak henti-hentinya mereka berdua memesan draft beer.. Minuman ringan kata mereka.. Sementara aku hanya memesan long island.. Minuman ringan juga.. menurutku?

Jam sudah menunjukkan pukul 23.00 ketika kami keluar dari cafe itu, tampak sekali Mas Andy dan Joni sudah mulai dipengaruhi alkohol, sedangkan aku.. kepalaku mulai rada-rada pusing.. Karena pengaruh alkohol juga. Dari situ kita pergi ketempat Joni.. Jelas maksud Mas Andy adalah mendrop Joni terlebih dahulu, tetapi ternyata kamipun mampir ditempat Joni.. Dan aku menurut saja ketika disuruh turun.. Masuk ke dalam rumah Joni, akupun duduk diruang tamu.. Sementara Mas Andy dan Joni masuk ke dalam.. Aku tidak tahu apa yang mereka lakukan didalam..

Tetapi menunggu adalah pekerjaan yang paling menyebalkan.. Apalagi pengaruh alkohol sudah memenuhi kepalaku, aku pun berjalan ke dalam.. Menuju kesebuah kamar yang tidak tertutup.. Tampak cahaya lampu terang dari dalam kamar itu, ketika aku melihat ke dalam.. Terkejutlah aku.. Tampak Mas Andy dan Joni sedang.. berdiri ditengah kamar.. Dan berciuman.. Hah! Mas Andy hanya mengenakan jelana jeansnya.. Sementara kaosnya sudah entah kemana.. Dan Joni dia hanya memakai celana kolor saja..

Aku hanya berdiri bengong diambang pintu.. Melihat adegan itu.. Tampak mereka sangat ganas sekali berciuman.. Joni lebih sedikit agresif.. Dia berusaha melepas celana jeans Mas Andy hingga akhirnya terlepas lalu celana kolor Mas Andy pun dilepasnya.. Maka tampaklah batang kemaluan Mas Andy yang.. Besar dan tegang itu.. Ohh, segera Joni mencekal batang kemaluan Mas Andy itu lalu dikocok-kocoknya dengan tangan kanannya.. Setelah itu Jonipun berjongkok dihadapan Mas Andy.. Dan.. Astagaa..

Dengan ganas Joni mengisap batang kemaluan Mas Andy itu.. Woowww.. Sungguh indah sekali pemandangan di depanku itu.. Tampak batang kemaluan Mas Andy langsung dihisap oleh Joni.. Dijilat-jilat kepalanya terus dihisap lagi.. Joni mengerakkan kepalanya maju mundur sehingga tampak batang kemaluan Mas Andy keluar masuk mulut Joni.. Melihat itu semua membuat pikiranku jadi kacau.. Tetapi aku tidak mau berkedip sekalipun melihat itu..

Tiba-tiba Mas Andy menoleh kepadaku.. Dan tersenyum..

"Nia.. Jangan bengong aja.. Ayo masuk kesini" serunya.

Aku sempat terkejut.. Tetapi akupun berhasil menguasai diriku.. Lalu aku membalas senyum Mas Andy itu.. Dan.. Aku melangkah masuk ke dalam.. Duduk ditepian ranjang, dan memperhatikan adegan itu tanpa berkedip.. Maklum.. Aku suka banget melihatnya, kemudian Mas Andy menyuruh Joni duduk disampingku.. Dan dia berlutut dilantai diantara kedua kaki Joni.. Ditariknya celana kolor Joni itu hingga terlepas.. Tampak olehku batang kemaluan Joni.. yang berdiri tegak itu.. Tidak terlalu besar jika dibanding milik Mas Andy.. Tapi mengairahkan juga.. Oohh..

Dengan rakus Mas Andy langung memasukkan batang kemaluan Joni ke dalam mulutnya.. Dijilatinya.. Dari kepala sampai kebiji pelirnya.. Ohh indahnya.. Diam-diam akupun terangsang hebat.. Sementara Joni hanya mengelinjang keenakan dengan mata setengah terpejam.. Lalu Mas Andy mengangkat kedua paha Joni dan ditekuknya ke atas.. Lalu dia menjilati bagian bawah biji pelir Joni.. Tampak tubuh Joni tersentak-sentak keenakan.. Gilaa.. Aku hanya duduk menonton adegan itu.. Sungguh mengairahkan..

"Hayoo.. Nia.. Ikutan" seru Mas Andy.

Aku hanya tersenyum saja.. Tapi gairahku.. Ohh.. Aku sudah tidak tahan lagi, akhirnya akupun mendekatkan kepalaku ke batang kemaluan Joni itu.. Tercium aroma khas.. Penis laki-laki, kemudian kujuiurkan lidahku menjilati batang kemaluan Joni.. Aaahh.. Nikmatnya.. Kukulum batang kemaluan Joni hingga.

"Aahh.. Nggkk.. Uuhh.." terdengar erangan Joni..

Rupanya hal itu membuat Mas Andy kepingin batang kemaluannya dioral olehku, lalu dia berlutut ditepi ranjang dan menyodorkan batang kemaluannya hingga menyentuh pipiku.. Gilaa.. Aku tidak mau menyia-nyiakan itu.. Segera kukulum kepala batang kemaluan Mas Andy..

"Iyaa.. Iyaa.. Oohh" terdengar desisan Mas Andy..

Kukulum dan kujilati kedua batang kemaluan itu secara bergantian, dari sudut mataku.. Aku melihat Mas Andy memperhatikan perbuatanku itu demikian juga Joni.

Lama kuoral kedua batang kemaluan mereka, kemudian Joni merubah posisinya.. Ia menungging ditepian ranjang.. Sementara Mas Andy mengambil sesuatu dari atas meja.. Akupun sadar apa yang akan mereka lakukan, rupanya permainan akan segera dimulai.. pikirku, tampak Mas Andy mengolesi batang kemaluannya dengan cream yang ia tuangkan dari botol, dan aku pun segera beraksi.. Kujilati anus Joni yang ditumbuhi bulu-bulu.. itu.. Terasa beberapa kali tubuh Joni tersentak-sentak karena nikmat.. Kucolok-colok ujung lidahku ke dalam..

"Aaahkk.. Ooh.. Nggkk.."

Joni mengerang keenakan.. Lalu Mas Andy menyerahkan botol cream itu padaku.. Kutuang isinya ketelapak tanganku.. Lalu kuolesi ke sekitar anus Joni.. Sembari sekali-kali kususupkan telunjukku ke dalam lobang pantat Joni itu.. Setelah itu Mas Andy berdiri dibelakang bokong Joni dan segera mengarahkan batang kemaluannya ke lobang pantat Joni.. Akupun tidak tinggal diam.. Kubuka belahan pantat Joni.. Hingga tampak lobang anus Joni merekah.. Dan.. Bless.. Perlahan tapi pasti.. Batang kemaluan Mas Andy masuk ke dalam..

"oohh.. Nggkk.. Aahh" erang Joni..

Setelah itu tampak gerakan erotis pinggul Mas Andy maju-mundur.. Akupun turun dari ranjang sembari memperhatikan adegan itu.. Ohh.. Sangat.. Sangat sensasional.. Dan tanpa sepengetahuan mereka.. Aku mulai melepas pakaianku.. Hingga telanjang bulat..

Kemudian kupeluk tubuh Mas Andy dari belakang sehingga kedua buah dadaku menyentuh punggungnya.. Dan kedua tanganku pun melingkar di dadanya.. Kutempelkan perutku dan pinggulku ke tubuh bagian belakang Mas Andy..

"Aahh.. Nggkk.. " terdengar desisan Mas Andy..

Dalam posisi demikian.. Pinggulku pun kugerak-gerakan maju mundur mengikuti gerakan Mas Andy.. Aahh.. nikmatnya, kuciumi tengkuk Mas Andy dari belakang.. Aku benar-benar lost kontrol.. Rupanya Mas Andy tahu.. kegelisahanku.. Iapun mengulurkan tangan kanannya kebelakang dan langsung meraba kemaluanku.. Kurenggangkan pahaku agar tangan Mas Andy leluasa meraba-raba kemaluanku.. Aaahh.. Ohh.. Aku merintih.. Nikmat ketika jari-jari Mas Andy menyodok-nyodok liang kemaluanku.. Akupun segera mendekap semakin erat tubuh Mas Andy dari belakang dengan tetap mengikuti irama pergerakan pinggulnya.

"Kamu mau Nia.." bisik Mas Andy.
"Ooh.. Iya.. Mas.. Iya" sahutku.
"Naik deh ke atas ranjang" serunya lagi.

Akupun segera naik ke atas ranjang, dan menungging ditepian ranjang disamping Joni.. menanti dengan pasrah.. Lalu

"Mau dimasukin kemana Nia..?" tanya Mas Andy.
"Terserah mass" sahutku pelan.

Ternyata Mas Andy memilih kemaluanku..

"Aah.. Oohh.. Aaghhkk" rintihku ketika terasa batang kemaluan Mas Andy yang masih berlumuran cream masuk ke dalam liang vaginaku.. Aku benar-benar merasakan nikmat.. Lalu Joni yang masih menungging disampingku menoleh padaku.. Akupun menoleh padanya lalu ia menjulurkan lidahnya.. Akupun segera menjilati lidah Joni dengan lidahku, akhirnya bibir kami bertautan.. Oohh.. Nikmatnya..

Setelah agak lama.. Akhirnya kami ganti posisi.. Joni terlentang diatas ranjang dan aku naik ke atas tubuhnya.. Perlahan-lahan aku memasukan batang kemaluan Joni ke dalam liang vaginaku.. Oohh.. Aaahh.. Nikmatnya.. Setelah itu aku menekuk kedua lututku kedepan sehingga dari belakang Mas Andy bebas memasukan batang kemaluannya ke dalam lobang pantatku..

Nggkk.. Aaahh.. Terasa seret.. Tapi peralahan-lahan.. Amblas juga seluruh batang kemaluan Mas Andy ke dalam lobang pantatku.. Gillaa.. Gilaa.. Nikmat.. Sekali.. Ohh.. Susah aku menuliskan apa yang aku rasakan tetapi.. Sungguh sensasi sekali.. Apalagi Joni.. Dia tidak tinggal diam.. Dengan rakusnya Joni mengisap-isap kedua puting payudaraku bergantian.. Oohh.. Sungguh.. Saat itu aku tidak mau permainan kami berakhir.. Dan walaupun aku sudah dua kali klimaks tetapi.. Aku tidak mau.. Permainan ini berakhir..

Akupun segera mengambil inisiatif. Aku minta agar posisi diubah.. Mas Andy terlentang diatas ranjang.. Sementara aku terlentang diatas tubuh Mas Andy, dan tetap batang kemaluan Mas Andy didalam anusku.. Dan Joni.. Telungkup diatas tubuhku dengan batang kemaluannya tertancap didalam vaginaku.. Oohh.. Nikmaatt..

Setiap gerakan yang mereka lakukan membuat tubuhku mengejang-ngejang menahan nikmat, apalagi tangan Mas Andy tak henti-hentinya meremas-remas payudaraku.. Ooh.. Aahh.. Ruaarr biassaa..

Lalu aku menekuk kedua lututku ke atas dan kedua kakiku segera merangkul pinggang Joni.. Nikmat sekali.. Apalagi Joni juga aktif menciumi bibirku, leherku dan seluruh wajahku dijilatinya, aku hanya bisa memejamkan mataku.. Menikmati kenikmatan yang tiada taranya ini, perlahan tapi pasti.. Joni mulai mempercepat gerakkannya, sementara pinggul Mas Andypun tidak mau diam, dia menghentak-hentakkan pinggulnya ke atas sehingga batang kemaluannya keluar masuk lobang pantatku. Ooohh.. Enak sekali, hingga akhirnya.

"Aaggkk.. Aku.. Mau keluar.. Aku mau keluar" erang Joni.
"Saya juga.. Oohh.. Aaakk.." erang Mas Andy juga.

Gilaa.. Aku tidak mau.. Tidak mau permainan ini berakhir, aku pun menjadi egois sekali..

"Jangan.. Jangan dulu Mas.. Nanti aja.. Ohh" seruku dengan nafas memburu.
"Kenapa.. Nia.. Nggkk.. Kamu belum puas..?" bisik Mas Andy.
"Jangan dulu.. Mas.. Biar kuminum sperma kalian.." seruku.

Gilaa.. Akupun tidak sadar mengucapkan kata-kata itu.. Tapi jujur.. Aku kepingin sekali.. Karena belum 100% puas jika belum menelan sperma mereka.

Lalu akupun duduk ditepi ranjang sementara mereka berdua berdiri dengan masing-masing batang kemaluan mengarah ke bibirku.. Kukocok-kocok batang kemaluan mereka dengan kedua tanganku.. Sementara lidahku menjilati kesana-kemari.. Kuisap dan kukulum kedua batang kemaluan itu secara bergantian dan..

"Aaaggkk.. Nggkk.. Aarrgghhkk.." tiba-tiba terdengar suara erangan Mas Andy.

Aku segera membuka mulutku dan.. Crott.. Croott.. Keluarlah sperma Mas Andy yang segera masuk ke dalam mulutku.. Nikmatt.. Sekali.. Dan kujulurkan lidahku menjilati lobang kencing Mas Andy.. Aku tidak mau kehilangan setetespun sperma Mas Andy itu.

Beberapa detik kemudian Joni.. Dia mengerang panjang juga.. Walau mulutku masih penuh sperma Mas Andy.. Akupun siap menerima muncratan sperma Joni.. Kumasukan kepala batang kemaluan Joni itu ke dalam mulutku, dan.. Crot.. Crot tersemburlah sperma Joni didalam mulutku.. Ohh.. Banyak.. Sekali.. Sampai beberapa kali aku harus menelannya..

Akhirnya kami bertigapun rebah diatas ranjang.. Peluh membasahi tubuh kami..

"Nia.. Nia.. Tidak disangka.. Kamu luar biasa.." seru Mas Andy.
"Benar.. Kamu hebat Nia" tambah Joni, dan aku hanya tersenyum saja.
"Kalian juga aneh.. Tapi hebat" seruku.
"Tapi ada satu permintaanku Mas.." tambahku.
"Apa tuh Nia.." tanya Mas Andy.
"Aku mau kita komitment.. Hanya sebatas ini saja.. Oke?" seruku.
"Iya dong Nia.. Aku kan punya isteri.. Dan kamu juga.. Ada tunangan kamu" sahut Mas Andy.

Akupun tersenyum puas.. Dan tanpa sadar aku melirik ke jam didinding.. Gilaa.. Sudah jam 2 pagi. Dan benar.. Mas Andy benar-benar memegang komitmentnya, setelah kejadian itu dia tetap sopan kepadaku, dan tidak sekalipun dia menyinggung-nyinggung kejadian itu, dan aku.. Akupun demikian.. Nothing happened beetwen us..

E N D

Dia, Partner Lesbi Terbaikku

Partner Lesbi

Kejadian ini sudah lama sekali, tapi kadang aku juga sempet terbayang lagi pada saat aku bercinta dengan cewek lesbi, sebelum terjadinya peristiwa, coba baca "Tahun Baru yang Indah dan Keluarga yang Kesepian".

*****

Kejadian ini berawal dari diperkenalkan oleh saudaraku kepada seorang cewek cantik, manis dan sexy lagi, yang pasti setiap cowok yang lihat dia akan melotot dan menelan ludah akan keindahan tubuhnya. Bibirnya yang merah sensual, payudara yang montok, kencang, dan sekel, pantatnya yang sexy serta tubuhnya yang sangat aduhai.

Pada suatu hari dia berkunjung kerumah aku dan suruh aku menemani dia dirumahnya, karena enggak ada siapa-siapa, orang tuanya lagi ada kepentingan. Mulanya dia mau mengajak temannya Desy yang juga teman aku, tapi dianya tak ada. Dari perbincangan aku dengan Wina akhirnya aku mau diajak ke rumahnya. Tak lama kemudian aku sudah berada dirumahnya yang mewah sekali maklum dia anak orang kaya dan anak satu-satunya jadi sangat dimanja sekali. Tak lama kemudian dia bertanya:

"Hey Dewa kamu dapat Bantu aku enggak?" tanyanya,
"Bantu apa win..?" kataku.
"Ntar deh kamu pasti tahu?,"
"Iya apa sih?" tanyaku heran.
"Oke deh kita kekamarku aja yah?" sambil dia menuntun aku ke kamarnya.

Pas dia buka pintu, aku sangat kaget yang luar bisa aku melihat ada cewek cantik bugil sekali sedang mendesah keenakan, dia sedang mansturbasi, meremas-remas payudaranya sendiri terus menusuk-nusuk vaginanya dengan tangan kanannya. Tiba dia berkata,

"Hey.. Win.. Ko..? Lama banget sih datangnya?"
"Maaf Linda sayang, aku tadi ke rumah temanku Desy (Desy ini teman baikku, aku juga heran kenapa dia enggak ada dirumahnya, apa ini mungkin sudah rencananya kali, gumamku dalam hati)"
"Ooo begituu..?," kata Linda (Linda ini adalah teman lesbinya Mbak Wina).
"Gimana kita mulai saja yah..?," kata Mbak Wina, pada Linda yang rasanya ingin banget vaginanya dijilat.

Terus aku yang dari tadi diam hanya dapat menelan ludah, dengan nafasku yang tersenggal-senggal, apalagi di depan mataku sendiri Mbak Wina ikut-ikutan telanjang pula sampai tak sehelai benang pun melekatanya ditubuhnya. Makin cepat detak jantungku bergetar saking nafsu lihat cewek cantik bugil lagi lesbian, ditambah adik kecilku juga ikutan bangun dan rasanya ingin ikutan keluar dari celanaku untuk melihat pemandangan yang wowww..!!indah dan enak dipandang mata.

Lalu mereka berdua bercumbu, saling memadu kasih, saling cium, dan saling meremas.

"Ooohh.. Begini yah.. Cewek lesbi lagi bercinta walaupun pernah kulihat di VCD porno tapi kali ini benar-benar melihat secara langsung," dalam hatiku bicara.
"Kak Wina kita 69-an yukk.. ," kata Linda.
Tanpa ba.. Bi.. Bu.. Be.. Bo.. Langsung aja mereka berdua merubah posisi, saling memakan vaginanya masing-masing.
"Ooohh.. Mmhh.. Aahh.. Ttruus.. Kaakk.. Yang.. Dalam.. Jilat.. Kritorisku.. Ennaakk.. Sekalii..," suara erangan Linda.
Aku sunguh sangat terpesona melihat mereka berdua bergulat, aku akui memang Mbak Wina itu sudah mahir dan pandai sekali memainkan lidahnya.
"Mmhh.. Aahh.. Ooohh.. Yyess.. terus.. Donngg.. Linn.. Kamuu.. Harus banyaakk.. Berlatih.. Yang mantap jilatnya.. Yaa..?"
"Iyah kakk..?" timpal Linda.

"Kak sudah dong ahh.. Rasanya vagina Linda sudah kepengen banget nih dimasukin penisnya Mas Dewa.. En.. Kak..? Tuh.. Dewaa.. Dari tadi penisnya sudah ngaceng banget.. Kayaknya Kak Wina, penis Dewa ingin masuk deh ama vagina-vagina kita, enggak apa-apa kan kak..?" tanya Linda ke Mbak Wina sambil dia memohon agar ia diizinkan dirinya untuk dientot vaginanya.

Sebenarnya Kak Wina sangat keberatan sekali keinginan teman lesbinya itu, tapi apa daya, dia merenget minta dientot vaginanya oleh penisnya Mas Dewa, karena demi untuk keutuhan hubungan mereka maka Kak Wina pun mengizinkannya, lagian Kak Wina pun kelihatanya ingin juga vaginanya dimasukin penisku.

"Iyah.. Iyah.. Deh.. Kalau itu mau mu dan buat kamu senang dan puas, kaka juga akan ikut gembira," jawab Mbak Wina.
Lalu Linda bertanya lagi, "Kak sekali-sekali boleh dong yah..!! Kita ngerasain penis yang beneran?"
"Iyah nih..! Mbak juga kayaknya ingin banget penisnya Mas Dewa, kelihatannya enak banget," timpal Kak Wina.

Memang aku dari pertama lihat mereka, aku sudah bugil sekali sambil aku mengkocok-kocok penisku sendiri lihat mereja bedua bermain.

"Hey.. Dewaa.. Kesini dong sayang.. Bantu kakak yah cinta.. ," kata Mbak Wina merayuku, terus dia bertanya lagi, "Tadi kan kamu mau.. Bantuan kakak. Nah.. Sekarang saatnya.. Kamu penuhi janjimu cintaa.. Masukin tuhh.. penis kamu ke vaginanya Linda.. " kata Mbak Wina sambil membimbingku mendekati Linda.
"Iyah.. Yah..!!? Mbak Wina mempertegas agar aku benar-benar mau.
"Iyah nih Dewa cepet dong masukin penisnya," kata Linda yang ikutan bicara,

"Tapi Kak Wina dan Linda enggak marah kan ama aku," tanyaku.
"Ko..!!marah sih? Emangnya kamu salah apa ama kita-kita,"jawabnya.
"Aku.. kan ikutan main ama kalian terus aku masukin penisku, apa boleh itu?" tanyaku bertele-tele sambil aku juga meremas payudaranya Mbak Wina.
"Yah.. Boleh-boleh aja sih, kamu ngentotin vaginanya kita-kita, siapa yang larang kecuali kalau ceweknya menjalin hubungan cinta kasih(pacaran) ama laki-laki, itu tak boleh sebab dia sudah punya pasangan dan berarti dia sudah mengkhianati temannya, gituu..?" jawab Mbak Wina menerangkan secara singkat, tepat dan jelas.

Terus sambil kita ngobrol ama mereka, aku meraba-raba seluruh tubuh sexynya Mbak Wina sesekali aku mengelus-elus vaginanya yang sudah basah dan sedangkan Mbak Wina sendiri meremas-remas payudaranya Linda dan mengelus vaginanya Linda. Terus Linda bertanya,

"Mas Dewa kalau Mas bisa memuaskan kita berdua, vagina-vagina kita berdua ketagihan sama penisnya Mas Dewa, aku mau mengajak teman cewekku untuk ngentot sama Mas, asal aja Mas jangan mencoba menjalin hubungan (jadi sepasang kekasih) sama mereka, tapi kalau hanya ngentotin aja dan bikin puas nafsunya, kenapa tidak? Iyah.. Kan Kak Wina..?" tanya Linda ama Mbak Wina.
"Yup..!! Kamu benar sekali," jawab Mbak Wina tegas.

Maka mendengar Linda bicara begitu terus dipertegas oleh Mbak Wina, aku semakin bernafsu aja, aku terus mencium, menjilat, mengecup, mengelus tubuh mereka berdua, karena aku ingin mereka benar-benar puas dan orgasme berjali-kali. Dan tibalah saatnya yang aku nanti-nantikan, aku mencoba memasukkan penisku ke vagina meraka berdua, yang pertama aku masukin vaginanya Linda, sebab dari tadi dia yang paling ingin vaginanya dientotin.

Sambil membuka kedua kakinya lebar-lebar lalu diangkat ke atas dengan dipegang oleh kedua tangannya, sehingga terlihat lobang kenikmatan surga yang sudah basah dari tadi menunggu penisku masuk. Sedang Mbak Wina sedang berciuman dengan Linda sambil meremas-remas payudaranya Linda. Kemudian aku mencoba memasukan penisku yang akhir.. Dengan lancarnya masuk juga penisku ini ke vaginanya.

"Bleess.. bless.. bleess.. awww.. ohh.. aahh.. mhh.. Yess.. ss.. uhh.." erangan Linda
"Dewa.. Puasin yah cinta.. vagina Linda, yahh.. Yah..?" sambil dia kelihatannya mendesah keenakan karena aku mulai mendorong penis keluar masuk lubang vaginanya.
"Ssshh.. Ooohh.. Aahh.. Eennakk Lliinn.. Daa.. Ccaayyangg..?" desahanku, akibat gesekan penisku sama vaginanya, yang ternyata masih seret juga.
"Dewaa.. Cepetin kocokkannyaa.. please.. Yang keras ngentotnyaa..?" ceracau Linda.
Yang akhirnya akibat aku dan Linda benar hebat goyangannya, aku merasa ada sesuatu yang maksa untuk keluar, tiba-tiba juga Linda, bicara..
"Ddewww.. Wwaa.. Aakkuu.. mau.. Keluar.. Nihh.. Masukin.. penisnya semuanyaa..?"
"Sama linn.. Aku juga mau keluar nih..?" timpalku.

Ternyata dia sudah enggak kuat lagi nahan dan.. Ccrrott.. Crrott.. Cccrroott.. Air kenikmatannya keluar..
"Aaarrhhgg.. Aarrgghh.. Aaarrgghh.. Uuuhh.. Eennaakk.. Ssaayyaanngg.. Penis.. Kkamuu..?" ceracaunya disaat dia mencapai pintu surga kenikmatannya.
Dan selang beberapa menit aku mau keluar..
"Aaarrghh.. Aarrgghh.. Oohh.. Ohh.. Yyeeaahh.. Enak.. Enaakk.. vaginanya kamu Lindaa..?" dan aku keluarin didalam vaginanya yang ueennakk tenann.

Setelah beberapa menit aku ngentot lagi dan sekarang sasaran penisku adalah vaginanya Mbak Wina yang aku ingin banget masukin penisku ke dalam lobang vaginanya yang kayaknya enak sekali. Lalu kami bertiga mengambil posisi aku terlentang dan Mbak Wina mengulum, menjilat dan mengkocok penisku dengan mulutnya sementara Linda di belakang Mbak Wina sambil memakan dan memainkan vaginanya Mbak Wina dari belakang. Terus Kak Wina pun naik ke atas tubuh aku dan memasukkan penisku ke lobang vaginanya dan akhirnya tenggelamlah penisku ke lobang surga kenikmatannya.
Bless.. Bblleess.. Bblleess..

Dengan lancar penisku masuk kevaginanya. Lalu Kak Wina pun mengoyangkan pinggulnya, ke atas dan ke bawah atau memutarkan lobang vaginanya, sesekali juga dia mengocok vaginanya sambil berciuman dengan aku, aku juga enggak tinggal diam aku pegang pantatnya untuk bantu kocokkannya.

"Ooohh.. Aaahh.. Mmbakhh.. Eennakk.. teruss.. Dewaa.. Bantuu.. Mmbbaakk.. Ccintaa.. Puasin vagina kakak sayangg..?" ceracaunya.
Sementara Linda aku suruh duduk diatas kepalaku dan aku makan habis-habis vaginanya itu sambil tanganku juga meremas-remas payudaranya Kak Wina.
"Ttrruus.. Ttruuss.. Dewaa.. Makan.. Maakkaann.. vagina Lindaa.. ,"
"Oohh.. Jiilaatt.. Ampee.. Puuaass.. Aahh.. Ssshh.. Ooohh.. " desahan Linda terus diiringi juga ama desahan, erangan Kak Wina yang semakin gencarnya vaginanya memakan penisku.

Dan akhirnya aku ama Kak Wina orgasme secara bersamaan.
"Aaarrgg.. Aarghh.. Aaarrgghh.. Eeennakk.. Puaass.. vagina.. Kakakk.. DDewaa.."
Saat Kak Wina orgasme dan terjatuh di atas tubuhku.
"Sama Kak Wina, Linda, kalian berdua, baik sekali.. Terima kasih Kak..?" sambil aku membelai mereka berdua dengan penuh kasih sayang, kemesraan dan kelembutan. Terus mereka hampir secara bersamaan, "Sama Mas Dewa.. Kamu juga baik sekali.. Ama kita berdua.. Aku ama Kak Wina baru sekarang ngentot ama cowok yang penuh dengan kasih sayang, iyah kan kak..?" tanya Linda.
"Iyah sayang..?" timpal Kak Wina. Terus Mbak Wina pun ikut bicara,
"Sebenarnya kita berdua yang dibutuhkan bukan saja biologis, tapi hal paling penting adalah, rasa cinta, kasih sayang, kelembutan dan saling pengertian, dan kamu adalah orang yang telah kita berdua idam-idamkan, karena selain kamu dapat melayani biologis, kamu juga pandai sekali memberikan kepuasan lainnya yang sangat penting sekali, aku sangat banyak berterima kasih ama kamu Dewa..?
"Iyah sama-sama Kak," jawabku.

Dan terakhir aku lakukan sekali lagi sama mereka berdua dengan cara, aku sedang ngentot vaginanya Linda. Lalu Kak Wina ambil dildo, penis dari plastik.. Yang diikat sebelumnya sama pinggang aku, jadi dipantat aku dipasang lagi semacam penis lalu Mbak Wina pun memasukkan ke dalam lobang vaginanya.
"Bleess.. Bleess..!?"

Lalu menggenjotnya bersama, pasti pembaca dapat membayangkannya posisiku waktu itu, aku dihimpit diantara dua wanita yang baik hati dan cantik, terus aku geser tubuhku kesamping dan masih dalam posisiku sambil menggenjot vagina Linda, biar Kak Wina bisa ngentot sambil berciuman sama Linda. Saling meremas, menjilat, mencium dengan penuh cinta kasih mereka berdua. Akhiranya kami bertiga lemas setelah pertarungan hebat tersebut.

"Makasih yah Dewa kamu mau ngentotin vagina aku dan Linda," kata Kak Wina.
"Aku juga sama kak, Kapan-kapan kalau kakak mau penisku lagi, call aku aja," tanyaku
"Iyah deh cayang, enak yah kalau penis yang benerannya daripada dildo".
"Iyah aku juga sama, makasih banyak," kata Linda sama berbicara.
"Nah Linda kita sekarang selain kita lesbi kita juga bisek, yah kapan-kapan boleh kan ngerasin penis beneran, yah kalau enggak ada yah dildo lagi deh..,"
"Tapi enggak senikmat penis yang beneran loh!!," timpalku..
"Iyah sih," jawab mereka berdua hampir bersamaan..
"Tenang aja Dewa, kalau kamu ingin vagina cewek lainnya, ntar aku kenalin deh ama teman cewekku lagi, itu juga kalau teman kakak mau? Barangkali mereka mau ama penis kamu, dan kalau kita atau teman cewek lesbiku bosan dengan dildo, aku pinjam yah penis kamu, buat muasin vagina-vagina kami semua..," kata Mbak Wina.
"Yuup..!! "jawabku
"Aku mau, Aduh kalian memang baik sekali," timpalku.
"Tapi maaf!! Yah Mas Dewa, kamu jangan sekali-sekali menggoda mereka, karena mereka sudah mempunyai pasangannya masing-masing, oke!!," kata Mbak Wina.
"Oke Mbak..?" jawabku tegas.

Maaf!! Kalau ada dari para pembaca cewek, yang sama cewek lesbi hubungi aku cepat, jangan khawatir rahasia sangat aku jamin dan aku jaga? Karena aku punya teman cewek lesbi yang baru? Gimana mau enggak? Oh yah bagi cewek-cewek/Mbak-Mbak/tante-tante yang ingin vaginanya dijilatin sama aku, boleh juga, entar aku kasih cara menjilat vagina yang baik dan benar serta tidak salah sasaran.

Dan kalau mau vagina kalian ingin dimasukin penisku, aku akan melayaninya demi memuaskan kalian semua dan buat senang serta ketagihan vaginanya. Salam kenal saja sama penulis ceweknya dari aku Dewa. Kutunggu email dari para pembaca khususnya para cewek jika benar serius ingin ngerasain pelayananku. Dan aku akan berusaha untuk dapat memuaskan vagina vagina kalian semuanya. Oke!! thanks banget yah yang telah menghubungiku.

E N D

Nini, Cewek yang Misterius (bagian 5)

Nini Yang Misterius - 5

Dari Bagian 4


Nini tidak tinggal diam, badannya disusupkan telentang di bawah badan Rara. Kepalanya sekarang berada tepat di bawah vagina Rara sehingga dapat melihat dengan jelas penisku yang keluar masuk vagina Rara. Ditariknya bantal dan ditempatkan di bawah kepalanya. Nini mulai menjilati klitoris Rara dan penisku setiap kali penisku keluar dari vagina Rara. Rara tampak sangat menikmati tusukan penisku dan jilatan Nini.

"Aahh.. Aakkuu.. Kkeelluuaarr.. Ohh.. Ohh.. Aacchh.. Yyeess.. i'm cumming!" jeritnya menikmati saat mencapai klimaks sementara penisku terasa dipijat dan diremas-remas oleh vaginanya yang mengeluarkan cairan hangat dan menyiram batang penisku.

Kucabut penisku, ganti Nini menghisap vagina Rara dan menjilati seluruh cairan yang keluar dari vagina Rara. Aku mulai mengarahkan lidahku ke anus Rara, kudorong lidahku dalam-dalam lalu kusedot kuat-kuat. Rara berkelojotan diserang oleh kami berdua hingga Rara ambruk menindih Nini yang berada di bawahnya. Lalu aku berciuman dengan Nini sambil sesekali menjilat vagina dan anus Rara yang berada tepat di hadapan kami berdua.

Sekarang Nini duduk menghadap kami berdua sambil meraba dan melakukan masturbasi. Keadaan ini membuatku semakin bersemangat, lalu kuminta Rara untuk mengubah posisi dan menggenjotnya. Aku mendudukkan Rara di meja dan aku berada di depannya. Rara telentang di atas meja. Aku mengangkat kedua kakinya dan aku letakkan di pundakku hingga membuat penisku langsung menghadap vagina Rara.

Kumasukkan batang kejantananku dan aku menggenjot Rara lagi. Nini naik ke atas meja dan menduduki wajah Rara hingga mau tak mau Rara mengeluarkan lidahnya dan mengaduk-aduk vagina Nini. Sesekali Nini juga menyodorkan anusnya untuk dijilat Rara hingga tak ada jalan lain bagi Rara untuk juga menjilati dan menyedotnya.

"Shh.. Aahh.. Yyeess.. Keluarin.. Ach. Ach.. Yyeeahh" desahnya nikmat. Sementara tanganku masih meremas kedua payudaranya, kedua tangan Rara mencengkeram pinggir meja makan dan..
"Oohh.. Vir.. Aammppuunn.. Aakkuu.. Gaakk.. Kuuatt..!" jeritnya menikmati klimaks untuk kedua kalinya. Lalu Rara berdiri dan menciumku.
"Makasih ya Viir.. Kontol kamu enak banget" bisiknya.

Sementara Nini yang masih mengusap dan memasukkan jarinya ke vaginanya mendorongku hingga telentang dan memasukkan penisku yang masih tegang agar masuk ke vaginanya. Nini mulai menggenjot. Kuraih kepala Rara, kucium lalu kuminta dia agar menghisap anus Nini dari belakang. Rara segera melakukan yang kuminta, jarinya didorong memasuki anus Nini dan mengocoknya dari pelan menjadi semakin cepat.

"Oohh.. Ra.. Kamu nakal.." jerit Nini nikmat ketika aku menyodok vaginanya dengan penisku serta Rara mengorek anusnya.
"Cepet Say.. Cepet Say.. Aku.. Keluar.. Aakkuu.. Aahh.. Aahh..!" jerit Nini, badannya bergetar mencapai klimaks. Aku terus menggenjot Nini dan..
"Aahh.. Nini..!" jeritku.

Nini buru-buru mencabut dan menghisap penisku. Aku klimaks lagi. Nini menelan sebagian spermaku dan Rara menghampiri untuk minta bagian. Lalu mereka saling berciuman dengan hangat dan bermain-main dengan spermaku. Kemudian Rara terduduk memandangiku sambil tersenyum. Setelah itu aku mandi dan mengganti baju di kamar. Dari kamar mandi yang pintunya tidak kututup, aku dapat mendengar pembicaraan mereka.

"Wah.. Ni, gila bener lu.. Permainan lu menakjubkan, pantas saja kata Virano, lu is the best, kalian seimbang ya?" kata Rara.
"He is the best for me too Ra.., waktu pertama kali main sama dia, agak kewalahan juga gua, kalo sekarang gua dan dia udah biasa dan memang gua rasa, kami seimbang dan cocok. Gua bisa sangat terbuka, demikian juga dia dalam soal sex. Padalah gua juga baru kenal 3 hari yang lalu, tapi rasanya sudah kenal berbulan-bulan" kata Nini.
"Gua baru kali ini main bertiga gini lho" kata Rara.
"Gak pa-pa lah. Buat sekali-kali cari sensasi. Dari pada ama suami sendiri terus. Bosen. Gayanya gitu-gitu aja kan?" Nini membalas.
"Tapi jujur lho. Baru kali ini gue ngesex dengan sepenuh hati kaya tadi. Nafsu birahi benar benar membakar tubuhku, gua nggak sadar kenapa bisa gua lakukan hal-hal seperti tadi" kata Rara lagi.

Aku keluar dari kamar mandi lalu berbaring kecapaian di ranjang. Sementara Nini dan Rara terus mengobrol, aku tertidur. Pada jam 5 aku terbangun, kulihat mereka telah tertidur di sampingku. Kujilat puting susu Nini lalu beralih ke vaginanya. Nini terbangun lalu tangannya bergerak mencari penisku, dielus elus dan dikocoknya. Aku mendekat ke telinga Nini.

"Mau sensasi lebih?" bisikku.
"Siapa lagi?" rupanya Nini mengerti maksudku.
"Arif" sahutku pelan.
"Lebih baik jangan, karena tampaknya dia tahu siapa aku" sahutnya, aku membenarkannya.
"OK, kita keluar malam ini bertiga, kamu boleh menentukan cowok yang kamu sukai, nanti biar aku yang atur" kataku.
"Deal" sambutnya.

Setelah makan malam, kami bertiga mengunjungi sebuah club yang berada di tepi pantai kawasan Legian. Nini memakai rok terusan ketat mini warna kulit berbahan kaus tipis agak transparan mencetak tubuhnya, tanpa lengan dengan belahan V yang rendah hingga memperlihatkan sebagian buah dadanya yang tidak mengenakan BH. Rara mengejutkanku, dia memakai rok terusan hitam yang dia pakai saat pertama kali ngesex denganku 7 tahun silam, namun kali ini dia tidak mengenakan BH.

"Hey, Ra.. Aku masih ingat baju itu, kamu masih menyimpannya?" aku bertanya.
"Sejak saat itu aku simpan dan tidak pernah kupakai, baru kali ini kupakai lagi" jawabnya.

Saat beberapa gelas minuman telah habis, Nini mulai tampak liar, berdansa meliuk-liukan badannya sambil tangannya terkadang diangkat ke atas membuat rangsangan pada kaum lelaki. Karena club ini open air dan tidak ada AC, sebentar saja tubuh Nini telah berkeringat hingga membuat bajunya basah dan memperlihatkan bentuk tubuhnya dengan jelas. Bagian dadanya sangat jelas tampak dengan puting yang tercetak di dadanya.

Sedangkan Rara pun telah bergelayut di leherku sambil menggoyang-goyangkan tubuhnya hingga kembali membuat penisku menegang sementara Nini di sampingku. Kulihat seorang pria mencoba mendekati Nini dan bergoyang di depannya. Nini dengan demonstratif menari semakin erotis di hadapan pria itu. Kulihat pria tersebut, lumayan keren.. Akhirnya kulihat Nini sudah memegang pinggang cowok tersebut sambil menggesekkan bagian bawah perutnya ke penis cowok tersebut hingga keenakan cowok tersebut dibuatnya. Terlihat cowok tersebut memegang erat pantat Nini dan meremasnya.

"Vir.. Kenapa kamu biarkan Nini seperti itu? Kamu nggak marah..?" Rara bertanya.
"I am an easy going person, Sayang, kalau dia senang melakukan itu, biarlah dia melakukannya" jawabku.
"Kalian sangat moderat ya" bisiknya.

Sambil masih berpelukan dengan cowok tersebut, Nini melangkah mundur mendekatiku lalu menyandar di badanku sehingga tangan cowok tersebut terjepit di antara Nini dan aku, tapi cepat cepat ditariknya tangannya. Nini menarik tangan kiriku dan dibawanya ke pantatnya kemudian aku raba pantatnya sampai ke pinggangnya. Kubisikan sambil kujilat telinganya di depan muka sang cowok..

"Kamu nggak pakai CD ya?" Nini membalikkan wajahnya sambil tersenyum padaku.
"Katanya disuruh cari sensasi baru?" jawabnya manja sambil diraihnya kepalaku dengan tangan kanannya, lalu kami berciuman.

Sementara tangan kananku masih memeluk Rara, jari kiriku kumasukan ke mulut Nini agar basah, lalu menjalar ke balik roknya mencari lubang anusnya. Setelah kutemukan, kukorek dan kumasukkan jariku ke dalam anusnya. Nini menggelinjang lalu diraihnya tangan kiriku dan dibawanya ke arah dadanya melewati pinggangnya lalu kuremas dadanya. Tak hanya sampai di situ, tangan kiri Nini menjalar ke belakang menggapai penisku yang telah mengeras lalu diremas-remasnya dengan penuh nafsu.

Nini melakukan semua itu dengan liarnya di depan hidung sang cowok itu hingga cowok tersebut memandang sampai terbengong-bengong tak dapat berkata apa pun melihat kelakuan Nini. Akhirnya Nini melepaskan ciumannya padaku dan kembali menghadap ke depan lalu menarik leher cowok tersebut. Kudengar Nini berkata..

"Tadi lu ngajak gua ngewe kan?" Cowok tersebut masih bengong.
"Dia ini cowokku, tapi gua malam ini mau cowok satu lagi, kalau lu bisa penuhi dua syarat gua, mungkin lu bisa ikut kami bertiga sekarang" Nini berkata lagi.
"Syaratnya apa?" tanya cowok tersebut.
"Pertama gua mau coba lidah lu di vagina gua sekarang" Wah, Nini sangat liar malam ini, pikirku.
"Kedua, kontol lu musti setidaknya sama besar dan panjang seperti cowok gua" tantang Nini. Aku setengah terkejut mendengar syarat Nini tapi aku juga tersenyum mendengar persyaratan yang kedua itu.

Mungkin cowo tersebut sudah sedemikian bernafsunya sehingga mengiyakan saja syarat yang diminta Nini. Kebetulan meja kami berada di pojok dekat pinggir laut dan berada di kegelapan. Nini yang duduk di kursi tinggi lalu menarik roknya ke atas serta membuka kakinya. Cowok tersebut menunduk dan mulai menjilat vagina Nini sementara Nini tetap menggoyangkan badannya. Sekitar semenit cowo tersebut menjilat vagina Nini lalu Nini menghentikannya.

"Sudah, sudah, not bad.." kata Nini akhirnya.
"Sekarang lu kan sudah terangsang jilatin vagina gua, coba gua pegang kontol lu", dengan enteng Nini meraih celana cowok tersebut lalu membuka ritsletingnya dan mengeluarkan penis cowok tersebut. Berukuran kira-kira 13 cm, tapi lingkarannya kecil, mungkin 3 cm saja. Hmm.. Aku tersenyum melihatnya.
"Nggak lulus, punya cowok gua lebih panjang dan besar, perlu bukti??", Nini meraih celanaku dan mengeluarkan penisku yang masih lemas. Nini menundukkan kepalanya lalu mulai menjilat dan menghisap penisku. Seketika itu pula penisku mengeras namun belum sempurna. Nini melepaskan kulumannya dan meminta cowok tersebut untuk melihatnya.
"Percaya?" kata Nini sambil dengan kurang ajar sedikit mendorong kepala cowok tersebut ke bawah untuk dapat melihat dengan jelas penisku.

Cowok tersebut pergi meninggalkan kami dengan kecewa dan Nini hanya tertawa sambil meneruskan goyangannya. Untung saja kami berada di pojok kegelapan dan yakin bahwa tidak ada orang yang mengetahui perbuatan Nini tadi.

"Huuh.. Apakah sensasiku cukup menarik buat kamu, Sayang?" kata Nini.
"Lu gila Ni.. Gimana kalau cowok tadi marah lu permainkan gitu?" kata Rara.
"Kalau dia marah, paling-paling gua kasih blow job, bereslah" jawab Nini seenaknya.
"Mau di sini terus atau mau pindah?" ajak Nini.
"Pindah aja" tegas Rara.
"Pusing gua liat Nini, lama-lama jadi horny lagi gua" lanjutnya.
"Bukannya memang udah horny lu, tuh ada Virano bisa bantuin lu, atau mau sama gua lagi? Tapi Virano juga musti ikut, soalnya gua kan bukan lesbi asli" kata Nini seenaknya.
"Mumpung di Bali, jarang ada yang kenal, kalau di Jakarta nggak mungkin lah gua kaya begitu" katanya pula.

Lalu kami meninggalkan tempat itu menuju hotel. Aku dan Nini berdua mengeroyok Rara habis-habisan sampai Rara berteriak menyerah setelah orgasmenya yang ke-5, sedangkan aku dan Nini masing masing orgasme sekali. Lalu kami mengantar Rara pulang ke rumahnya dan kami kembali ke hotel melanjutkan nafsu yang tertahan karena aku masih ingin memberi kenikmatan lebih pada Nini.

Jam sudah menunjukkan pukul 5 pagi. Sore harinya Rara akan datang kembali ke hotel. Aku dan Nini kembali ke Jakarta pada hari Senin dengan pesawat yang berbeda tentunya. Hubungan sex-ku dengan Nini terus berlanjut 3-4 kali dalam sebulan dan berlangsung kurang lebih selama 3 tahun. Kalau di Jakarta pasti dilakukan di rumahnya, tapi kadang kami juga pergi ke luar kota atau luar negeri.

Variasi dan teknik permainan Nini yang begitu beragam seakan tidak pernah ada habisnya, selalu saja ada kejutan-kejutan baru yang sampai dengan saat tulisan ini dibuat, menurutku she is the best amongst all up to now. Saat itu pernah aku berpikir, tidak heran bahwa Nini dapat memperoleh kehidupan yang sedemikian mapan serta teknik permainan sex yang luar biasa seperti itu karena mungkin hal ini memang sangat berhubungan erat dengan pekerjaan dan karier yang dibinanya selama ini.

Profesinya itulah yang kubiarkan tetap menjadi misteri dalam cerita ini, barangkali saja ada pembaca yang bisa mengungkap. Atau mungkin saja ada di antara pembaca yang juga pernah berhubungan dengan Nini sehingga tentunya akan dengan mudah menebak siapa dia sebenarnya.


E N D

Nini, Cewek yang Misterius (bagian 4)

Nini Yang Misterius - 4

Dari Bagian 3


"Vir.. Rara kangen sama kamu, katanya" Nini berkata hingga terdengar pula oleh Rara. Rara hanya tersenyum simpul malu malu.
"Kalau nggak ada suamimu, aku cium kamu di sini lho" aku menggodanya.
"Kalau nggak ada Nini, aku yang cium kamu di sini" tantang Rara.
"Tuh suamimu sedang nggak ada di meja, kita cium Virano sama-sama aja Ra" ajak Nini.

Rara dan Nini serentak mencium pipi kiri dan kananku, dan Rara mengecup bibirku dilanjutkan dengan Nini juga mencium bibirku agak lama sambil mengalungkan tangannya ke leherku.

"Itu yang aku mau" protes Rara.
"Vir, aku mau undang Rara makan siang besok, boleh nggak?" tanya Nini.
"My pleasure, Ni" aku menyetujui.
"Kamu dengar sendiri kan? Jadi nggak usah nolak lagi ya Say?" ujar Nini pada Rara.

Rupanya Nini sudah mengundang Rara sebelumnya namun Rara ragu dan ingin meminta konfirmasi dariku lebih dulu. Kami meninggalkan club tersebut pada jam 2:30 dan kembali ke hotel di Nusa Dua. Sepanjang jalan, Nini bercerita bahwa beberapa orang teman Arif termasuk suami Rara berusaha menarik perhatian Nini dan bahkan ada yang berterus terang menngajak Nini kencan malam ini.

"Aku tahu kok, malah mata suami Rara nggak bisa lepas dari dada dan paha kamu. Dan aku juga tahu, kamu malah dengan sengaja, kadang-kadang kamu buka paha kamu sehingga dia bisa lihat CD kamu kan?" aku berkata.
"Kok kamu nggak ngelarang aku sih?" rajuknya.
"Aku juga menikmati sensasi tersebut sayangku, semakin banyak lelaki yang mabuk kepayang sama kamu, semakin bangga aku jalan bersama kamu. Tapi tidak demikian dengan suami Rara, dari cara Rara berpakaian, aku dapat menilai sifat suaminya. Padahal dulu Rara termasuk berani dalam berpakaian, yah seperti kamu sekarang ini deh" ceritaku.

Setibanya di hotel, kami kembali mengarungi lautan nafsu birahi, berusaha untuk saling memuaskan satu sama lain. Nini memang seorang yang sangat piawai dalam memuaskan lelaki, namun dia juga sangat membutuhkan kepuasan untuk dirinya sendiri dan aku pun berusaha untuk memuaskan dia. Kami bercinta sampai jam 5 pagi lalu tertidur. Lalu ada jam 11 terbangun oleh telepon dari Rara yang dijawab oleh Nini.

Saat mereka mengobrol di telepon, aku putar badanku lalu aku jilat vagina Nini dengan penuh nafsu hingga Nini mengerang keenakan dan Rara menanyakannya.

"Virano sedang breakfast, oohh.. Viir.. Aku lagi telepon nih.." desahnya.
"OK deh, lu ke sini aja cepat, gua butuh bantuan nih, Virano lagi ganas" katanya pada Rara.

Seketika Nini menutup telepon, aku pun berhenti menjilati vagina Nini. Dia protes, tapi aku meninggalkannya ke kamar mandi untuk mandi. Nini merajuk hingga mengatakan aku curang. Selesai berendam sekitar 15 menit, aku kenakan jas kamar mandi warna putih tebal dengan CD di dalamnya dan baru kemudian Nini menyusul masuk kamar mandi. Aku pesan makanan dari Room Service dengan tak melupakan 2 telur setengah matang pesanan Nini. Saat menunggu makanan, bel berbunyi. Aku kira Room service, ternyata Rara muncul dengan tank top kuning dan jeans, serasi sekali dengan kulitnya yang putih.

"Vir..,.. Baru mandi ya.., Mana Nini?" tanyanya sambil memajukan wajahnya dan aku kecup pipinya.
"Oh ada.. Tapi lagi mandi.. Masuk aja" ujarku sambil mempersilakannya masuk.
"Sudah selesaikah?" tanyanya penuh selidik.
"Apanya yang selesai, cuma appetizer kok" jawabku.
"Kok cepet, emangnya rumah kamu dekat sini?" tanyaku.
"Bukit Jimbaran, 20 menit saja sudah sampai ke sini" jawabnya.
"Mana suamimu?" tanyaku.
"Sedang di kantor, nanti sore mau ke Jakarta. Orang tuanya sakit, aku sudah bilang mau ajak kalian jalan jalan, dan dia OK. Malah dia titip salam buat Nini" kata Rara.
"Sst, jangan sampai dia dapat Nini, bahaya" bisikku.
"Emangnya kenapa? Nini hebat ya?" bisiknya lagi takut terdengar Nini dari kamar mandi.
"Buat aku, she's the best. Selama ini, aku agak kewalahan mengimbanginya"
"Masa kamu kewalahan, mungkin aku bisa belajar dari dia ya?" ujarnya penuh arti.
"Kalau kamu sehebat Nini, aku yakin suami kamu nggak akan cari cewek lain, kalau cari pun pasti balik lagi hehe.." godaku.

Lalu Nini selesai mandi, juga mengenakan jas handuk seperti punyaku. Aku yakin tidak ada apa-apa lagi di baliknya. Aku duduk di belakang sofa mereka dengan menarik kursi rias. Aku memperhatikan mereka mengobrol dan sesekali menimpali obrolan mereka. Rara memintaku menuang minuman yang dia bawa, sebotol Cointreau kesukaanku.. Aku menuangkannya 3 gelas.

Aku membawanya beserta es batu. Aku menuangkan minuman ke gelas mereka. Setelah minum beberapa gelas sambil mengobrol, tangan Nini masuk ke balik kimonoku dan mengelus 'adik'ku sehingga tegang dan keras. Nini melirik dan tersenyum sambil terus mengobrol dengan Rara.

Rara tidak memperhatikan yang dilakukan oleh Nini terhadapku. Nini menarik sedikit CD-ku dan mengelus batangku dengan lembut. Tampak Rara melihat apa yang dilakukan Nini tanpa Nini menyadari bahwa Rara tahu apa yang dilakukannya terhadapku. Aku duduk menyandar dan membiarkannya. Tangan Nini mengisyaratkan agar aku membuka CD-ku dan matanya melirik. Aku ke kamar mandi membuka CD-ku. Lalu aku kembali dan Nini melanjutkan mengocok halus batangku sementara Rara mencuri pandang ke arah selangkanganku. Rara tersenyum melihatku pasrah dan aku juga tersenyum ke arahnya.

Sementara mereka melanjutkan mengobrol sambil minum beberapa gelas lagi, tangan Nini terus aktif mengocok halus batangku. Aku hanya bisa menahan nafas atau berkejap-kejap menikmati pijatan dan kocokan tangan Nini. Rara terus saja mencuri pandang dan kimonoku tersingkap sehingga terlihat jelas tangan Nini yang sedang mengocok batangku. Nini tidak menyadari hal itu karena sudah sedikit mabuk. Mereka berdua terus mengobrol. Tapi mata Rara lebih sering lagi melirik ke belakang. Aku berdiri tapi Nini tidak juga melepas kocokan tangannya. Aku membiarkan kimonoku terbuka sehingga Rara dapat melihat dengan jelas apa yang dilakukan Nini. Aku elus rambut Nini dan Nini secara tidak sadar menolehkan kepalanya hingga menyentuh kepala 'adik'ku dan melanjutkan dengan menjilatnya.

"Sshh.. Mm" desahku.

Nini terus saja menjilat dan mulai menghisap 'helm'ku. Rara melihat dengan jelas apa yang Nini lakukan dan aku menarik tangan Rara. Rara menggeser duduknya. Aku berjalan ke depan Nini tanpa Nini melepas tangannya dari batangku. Aku sudah berdiri di depan Nini dan Rara sementara Nini kembali menjilat, mengocok, serta menghisap batang kejantananku.

"Ra, kontol ini masih sama nggak rasanya sama dulu waktu masih lu pakai?" tanya Nini.

Aku menarik Rara sehingga berlutut di depanku dan Nini duduk di belakangnya. Aku menunduk dan mencium bibir Rara dan Rara tidak menolak. Kami berciuman cukup lama, sementara tangan Rara ikut mengelus batangku dan mengocoknya pelan. Sementara itu Nini tampak meremas buah dada Rara sambil mencium telinganya.

"Ini buat kamu Rara.. Isep kontolnya.. Aku mau liat cara oral lu" bisik Nini.
"Kata Virano, you are the best for him, ajari aku ya?" pinta Rara. Lalu Rara mulai menjilat seluruh batang penisku dari ujung kepala sampai pangkalnya lalu memasukkannya ke dalam mulutnya.
"Sshh.. Mmhh.. Yyeess.. Hhmm.." desah Rara.

Lalu aku meminta Rara untuk berdiri. Tank top Rara sudah dibuka oleh Nini sehingga hanya tersisa bra warna merah tua. Aku berlutut di depannya dan berciuman dengan Nini. Nini berlutut di sampingku lalu membuka kancing celana Rara dan aku membuka BH-nya. Lalu Nini melepas celana Rara dan melemparnya entah kemana hingga Rara hanya tinggal mengenakan G-String. Aku berdiri dan meminta Nini untuk duduk di sofa lalu kucium telinganya.

"Sshh.. Mm.. Mm" desahnya sementara tanganku meremas buah dadanya.
"Yyaa.. Mmpphh.. Tterruuss Vii" desahnya sambil tangannya mengocok batangku.
"Kontol kamu gede ya.. Aku suka Vir.. Rara juga mau tuh" katanya sementara tangan kirinya memeluk leherku.

Kami terus berciuman lalu Rara berlutut dan mencium batangku. Aku melirik Nini dan dia hanya tersenyum melihatku. Aku pun balas tersenyum. Rara menjilat dan menghisap batangku serta lidahnya tidak kalah lincah menari menjilati serta melumuri batangku dengan ludahnya.

Aku duduk di sebelah Nini dan Rara terus menghisap batangku tanpa menghiraukan keberadaan Nini. Tangan kanannya terus mengocok batangku sementara mulutnya menghisap 'helm'ku dan lidahnya menari menjilatinya juga. Kepala Rara terus naik turun menghisap, menjilat dan mengulum batang kejantananku..

"Sshh.. Ohh.. Yyeess.. Ra.." desahku sambil mengelus rambut Rara dan tangan kananku meremas payudara Nini yang duduk menghadap ke arah kami.
"Sshh.. Ohh" desahku sambil menarik Nini dan berciuman. Sementara aku berciuman dengan Nini, Rara masih sibuk mengoralku hingga birahiku memuncak dan cairanku sudah mencapai ujung.
"Mmhh.. Mmhh.. Mphh" jeritku tertahan oleh Nini yang memeluk dan terus mencium bibirku.
"Aahh.. Yyeeaa.. Ohh.. Aacchh" jeritku setelah Nini melepas ciumannya. Rara terus menelan dan menghisap penisku. Rara menelan semua spermaku lalu tersenyum dan mencium telingaku.
"Kontol kamu enak Vi.. Aku suka.. Aku pingin nih" bisiknya meminta.

Aku tersenyum dan mengangguk, kucium bibir Rara yang masih ada sisa spermaku. Aku duduk di antara Rara dan Nini sementara Nini mengelus batangku lagi dan aku mencium bibir Rara.

"Mm.. Mm.. Makasih ya.. Isepan kamu enak lho, beda sama dulu.. Kalah dikit ama Nini" ujarku sedikit memuji Rara.
"Mm.. Bisa aja kamu Vir" balasnya.

Nini terus mengelus batang penisku hingga kejantananku mulai tegang dan Nini menjilat dan mengocoknya pelan. Aku meremas dan menghisap kedua payudaranya

"Sshh.. Trus.. Vir.. Iisseepp yaa.. Sshh.." desahnya nikmat. Sementara aku menghisap payudara Rara, Nini menghisap penisku.
"Ra, perhatikan cara Nini ngisep kontolku" kataku.

Rara melihat Nini yang sedang menjilati dan mengisap penisku sambil mengerang-ngerang karena buah dadanya aku hisap. Aku menarik turun CD Rara dan meraba vaginanya

"Shh.. Yyeess" desisnya sambil kumainkan clitorisnya dengan jariku.
"Oohh.. Viir.. Eehhmm.. Mmpphh.. Jilat.. Vii.. Jilat..!" desahnya nikmat. Rara berdiri dan mengangkangi kepalaku
"Jilat Vir.. Jilat vaginaku.. Oohh.. Mhh" jeritnya tertahan saat aku menjilat dan mengulum clitorisnya sementara Nini masih mengoralku dan tangan kirinya menggosok vaginanya sendiri.

Aku meminta Nini berhenti mengocok penisku dengan mulutnya, lalu kuminta Nini memperagakan gerakan mulutnya seperti di kamarnya, dan dia mulai dengan gerakan-gerakan itu. Rara melotot melihatnya terkagum kagum.

"Nini, gantian gua mau coba, ajarin gua ya" pinta Rara.

Lalu Rara mulai memasukkan penisku ke dalam mulutnya. Baru sampai setengahnya, Rara sudah tersedak. Nini mengajari Rara bagaimana cara mengendalikan otot lehernya agar penisku bisa masuk ke tenggorokannya, lalu Rara mencoba dengan gerakan menelannya. Lumayan, Rara bisa sedikit walaupun masih diiringi dengan batuk berkali kali. Rara kelelahan, lalu melepaskan penisku dari mulutnya. Aku berdiri, lalu meminta Rara berlutut di atas karpet dan menghadap sofa. Aku berlutut di belakangnya dan menggesekkan penisku ke vaginanya.

"Sshh.. Vir.. Masuukkiinn Ssaayy.. Sshh.. Yyeess..!" jeritnya saat penisku memasuki vaginanya yang sudah basah karena jilatanku ditambah penisku yang juga sudah basah karena ludah Nini yang sejak tadi mengoralku.
"Sshh.. Ach.. Ach.. Aacchh.. Teruss.. Aacchh.. Teruss say.. Fucckk.. Mmee.. Aacchh.. Yyeeaah.. Thatss.. Goodd.. Ffuuckk.. Mee" desahnya sambil kedua tangannya meremas sandaran sofa. Aku menggenjot Rara dengan ritme teratur.


Ke Bagian 5

Nini, Cewek yang Misterius (bagian 3)

Nini Yang Misterius - 3

Dari Bagian 2


Setelah beristirahat, kami mandi bersama di bathtub dalam kamar mandinya dan Nini keluar duluan dari kamar mandi. Saat aku kembali ke kamar, aku terkejut melihat satu sisi kamar Nini yang tadinya tertutup gorden tebal telah berganti menjadi kaca tebal dari atas sampai ke bawah dan ada dua daun pintu yang terbuka dan berhubungan langsung dengan taman kecil yang tertutup dengan kolam ikan kecil.

Nini tampak sudah duduk di luar hanya dengan memakai celana ketat pendek sekali dan atasan kaus longgar pendek transparan sehingga jelas terlihat bulatan dan puting buah dadanya. Aku hanya memakai celana dalam. Di meja telah tersedia dua cangkir kopi, dua gelas orange juice dan dan beberapa roti yang telah diberi selai.

"Vir.. Ayo kita relax dulu di sini.. sambil lunch.." katanya.
"Haah, lunch?? Jam berapa sekarang..?" tanyaku.
"Eleven O'clock darling.., kamu ketiduran nyenyak tadi pagi" ujarnya.
"Kok aku nggak tahu kalau sudah pagi, nggak ada sinar masuk sih" ujarku.
"Memang kamar ini aku bikin sedemikian rupa hingga tidak mungkin ada sinar masuk, jadi kalau sudah di dalam, bisa-bisa kita tidak tahu waktu kalau tidak melihat jam" ujarnya lagi. Wah, wah, aku jadi semakin bingung, siapa Nini ini sebenarnya?

Akhirnya aku duduk berhadapan dan menikmati lunch yang tersedia. Terpaksa aku bolos kerja hari ini, entah alasan apa yang harus aku kemukakan ke kantor nanti. Kami berbincang santai sambil sesekali membahas teknik permainan sex masing-masing. Kami sangat terbuka dalam membicarakannya dan ini akan lebih mendekatkan hubungan kami serta dapat mengetahui keinginan masing-masing dalam cara cara memuaskan nafsu birahi pasangan kami.

Ketika aku ke kamar kecil, sekilas aku lihat di lemari hiasan yang menempel di dinding kamarnya, banyak bingkai foto dan plakat serta piala terpajang di sana, aku hanya lewat saja tanpa berminat untuk melihatnya. Setelah dari kamar kecil aku kembali ke tempat dimana Nini masih duduk dengan santainya di luar.

"Nini, aku ingin bertanya beberapa hal yang mungkin bersifat pribadi, boleh nggak?" aku bertanya.
"Kalau aku bisa jawab, mengapa tidak, tanyalah" jawabnya.
"Are you married?" kuberanikan bertanya langsung pada tujuan.
"No, I am still single" jawabnya santai.
"So, what is your job?" tanyaku kembali.
"Hei, it's a funny question honey, don't you know who am I when we met for the first time?" Nini balik bertanya keheranan.
"Aku adalah Nini *****," sambungnya.

Hampir aku terlonjak dari tempat dudukku mendengar nama tenar itu.

"Sorry Ni, mungkin aku kurang gaul, tapi memang sebenarnya aku tidak pernah mengikuti perkembangan dunia yang kamu geluti dan aku tidak pernah berkecimpung di dalamnya. Mungkin mulai sekarang aku harus mengikutinya ya" aku berkata dengan perlahan diiringi perasaan malu yang sangat mendalam.
"Kamu tidak perlu mengubah apa yang telah ada pada dirimu, justru dengan begitu aku lebih salut padamu, karena tadinya kukira kamu mau bercinta denganku karena aku ini adalah seorang tenar" ujarnya.

"Jadi, setelah kamu tahu siapa aku, masih bersediakah kamu untuk bercinta denganku, tapi aku tidak mau ada ikatan. Just for an easy going relationship, to fullfill each other. Kalau aku sedang kesepian, tolong temani aku, demikian pula kalau kamu sedang sendirian, aku akan berusaha nemenin kamu" ujarnya sambil menolehkan kepala mengecup pipiku.
"Tapi, bukankah ada sekian banyak lelaki di sekelilingmu dan dengan kecantikan, body kamu, apalagi dengan permainan sex kamu yang demikian top, akan banyak laki laki yang setiap saat siap datang?"
"Kamu tahu toh, mereka datang sebagai sosok kepribadian lain di depanku, mereka datang dan pergi tanpa harus aku kenang atau aku ingat dan tidak ada yang pernah mendapatkan teknik permainan sex seperti yang kamu dapatkan tadi malam. Kamu adalah orang ketiga setelah mantan pacarku dulu" ujarnya.

"Lalu mengapa kamu undang aku, padahal hubungan kita masih terlalu singkat untuk sampai ke atas ranjang?" tanyaku.
"Waktu di restoran, dari apa yang kulihat dan kita bicarakan, aku ingin mendapatkan kepuasan sexual dari kamu dan ternyata memang tidak salah. Lalu selama pembicaraan kita itu, aku sudah perkirakan bahwa kamu tidak tahu siapa sebenarnya aku, jadi dari pada kalau kamu tahu terus kamu takut, maka aku harus segera memberi seluruh teknik permainan yang aku miliki agar.."
"OK, OK, stop, stop, aku mengerti sekarang.." ujarku sambil kucium bibirnya dan kuraba dadanya.
"Jadi kamu masih mau berhubungan dengan aku untuk selanjutnya?" tanyanya.
"Walaupun aku tahu siapa kamu sebenarnya, tidak akan menghalangiku berhubungan dengan kamu selanjutnya dan aku tidak akan pernah menghalangi pekerjaan kamu, toh hubungan kita kalau boleh aku bilang adalah 'just for fun', cuma satu permintaanku yaitu aku tidak mau berada di depan publik bersama kamu, kecuali di luar kota" kataku tegas.
"Setuju Sayang, aku pun mau bicara soal itu, tapi takut kamu tersinggung. Biasanya lelaki lain malah ingin jalan bersamaku ke tempat umum karena itu adalah kebanggaan buat mereka. Kalau begitu, lusa kan hari Jumat, kita keluar kota ya, ke Bali" ajaknya sambil diciumnya bibirku hangat lalu tangannya kembali meremas-remas penisku yang mulai mengeras lagi.

Akhirnya kami kembali bergumul menumpahkah hasrat nafsu birahi kami di kursi luar kamarnya itu sambil duduk. Nini orgasme duluan dan aku menyusul kira kira 10 menit kemudian. Beberapa saat setelah istirahat..

"Ni, aku pulang dulu ya" aku berkata.
"Jadi lusa acara ke Bali-nya gimana?" dia bertanya penuh harap.
"Tiga jam lagi aku telepon kamu" jawabku.
"Jangan nggak ya" katanya sambil mengecupku sebelum aku naik ke mobilku.

Jumat jam 3 siang, pesawat yang aku tumpangi mendarat di bandara Ngurah Rai. Seperti biasa, sopir Arif menjemputku dengan mobilnya. Kali ini aku dipinjamkan sebuah Mercedez Bulldog mirip seperti milik Nini, hanya saja warnanya biru tua. Arif adalah sahabatku di Bali, cerita tentang Arif ada di ceritaku terdahulu, "Kamu Lelaki Bukan, Sih?". Aku telah memesan kamar hotel di kawasan Nusa Dua. Nini akan datang hari ini juga tapi aku tidak tahu jam kedatangannya karena saat aku check-in, ternyata Nini belum datang. Baru kemudian Nini datang mengetuk kamarku dangan diantar oleh bell boy pada jam 8 malam hingga aku sempat tertidur beberapa jam.

"Sorry Vir, aku tidak dapat datang lebih pagi, kamu sudah lama menunggu ya?" tanyanya sambil mengecup pipiku dan kucium bibirnya.
"Nggak kok, aku tiba tadi jam 10 pagi" kataku menggoda.
"Hayoo, mulai boong ya, kata resepsionis tadi kamu check in jam 4, bukan jam 10" katanya sambil tangannya mengelus penisku dari luar celana.

Kami duduk berdampingan sambil mengobrol kesana kemari hingga tak terasa sudah jam 9.

"Mandi dulu sana, kita makan di luar" ujarku.
"Kalau makan aku, pakai mandi dulu nggak?" Nini merajuk.
"Kalau makan kamu, nggak usah mandi dulu, ntar aku yang mandiin pakai lidah" kataku menggoda.
"Mau doong" katanya sambil membuka pakaiannya dan masuk ke kamar mandi.

Aku meneruskan menonton TV sambil tiduran di ranjang sementara Nini berendam di bathtub sekitar 30 menitan. Saat Nini telah selesai mandi, dia naik ke ranjang bertelanjang bulat lalu membuka celanaku.

"Ini yang aku rindukan, Darling" katanya sambil memasukkan penisku yang masih lemas ke mulutnya.

Seketika itu juga penisku menjadi tegang di dalam mulutnya. Sebelum tegang sempurna, aku balikkan badanku dan aku tangkap kakinya, lalu aku julurkan lidahku dan segera dengan tanpa basa basi kukorek-korek liang vaginanya hingga Nini terkejut sebentar tapi langsung mengerang keenakan karena memang inilah yang ditunggunya. Tangannya seketika menggapai penisku dan meremas-remasnya, tapi hanya 2 menit kemudian aku lepaskan lidahku, lalu aku bangun.

"Udah ah, simpen dulu buat nanti ya?" godaku.
"Vir.. Jahat kamu ya, aku mau sekarang, baru kita pergi" rengeknya.
"Hehe, kumpulin nafsunya buat nanti, sekarang aku lapar nih, kita ke Kuta, aku ada mobil temanku. Hmm.. pakai pakaian yang sexy ya" ujarku.

Nini memakai rok terusan motif agak transparan yang atasnya tergantung di bahu dan menyilang di punggung dengan tali tipis terkait di roknya bagian belakang. Belahan dadanya yang terbuka sampai perut memperlihatkan kulit dan sebagian buah dadanya yang putih dan kenyal. Bahan roknya yang jatuh mencetak bentuk buah dadanya sangat indah. Bagian punggungnya terbuka total, hanya ada 2 tali tipis menyilang di punggungnya dan bagian bawah melebar 20 cm di atas lututnya. Sebuah selendang sutra dikenakan melingkar di pundaknya menutupi bagian atas tubuhnya. Tampak sexy sekali dia malam ini, ditambah rambutnya yang diikat ke atas memperlihatkan lehernya yang indah dan seperangkat perhiasan mahal di telinga, leher, jari dan tangan menghiasi si pemilik tubuh hingga semakin menjadi perhatian bagi siapa saja yang melihatnya. Dan malam ini si sexy ini bersamaku.

Setelah kami makan, pada jam 11 aku ajak Nini untuk bertemu Arif di clubnya. Nini melepas selendangnya sebelum turun dari mobil. Arif sedang duduk di meja tengah bersama 8 orang, 5 pria dan 3 wanita. Saat melihatku, Arif langsung mempersilakan kami duduk.

"Vir.. Udah ditunggu nih.. Kok lama bener" kata Arif.
"Kenalin dulu nih.. Nini, datangnya terlambat dan gua ketiduran tadi" jawabku.
"Ketiduran atau ditidurin? Eh.. Rara mau dateng lho sebentar lagi" bisik Arif di telingaku.
"Gila lu ya.. Kan gua udah bilang kalau gua nggak sendirian" bisikku lagi.
"Tenang friend.. Rara akan dateng sama suaminya" bisiknya lagi sambil menepuk nepuk pundakku. Sekedar informasi, cerita tentang Rara juga ada di ceritaku sebelumnya: "Kamu Lelaki Bukan, Sih?"

Lalu kami saling berkenalan dengan mereka dan seperti telah kuduga, semua lelaki membelalakkan matanya memandang Nini seakan menelanjangi tubuhnya dengan matanya. Aku ditarik Arif sedikit menjauh dari meja.

"Vir.. Dia kan Nini *****?" dia bertanya.
"Awalnya gua nggak tahu bahwa dia adalah Nini *****, soalnya kalau tahu juga gua nggak bakal berani dekat-dekat" aku menegaskan.
"Sekarang ya sudah kepalang. Ternyata dia nggak seperti dugaan orang, paling tidak sama gue lho" sambungku lagi.
"Dasar buaya lu! Jadi masih bisa gua dekati nggak nih?" tanyanya penuh selidik.
"Siapa juga boleh dan bisa ngedeketin dia, tapi tergantung dianya kan, mau apa nggak" jawabku membuatnya penasaran.
"OK dah, ntar gua usaha, jangan cemburu ya" Arif berkata seakan menantangku.

Kami kembali ke tengah kerumunan dan terlihat Nini yang memang supel sudah bercengkerama dengan mereka. Di tangannya terlihat segelas red wine. Seperti biasa aku minta Cointreau Double On The Rock. Tak berapa lama kemudian, ada yang menepuk pundakku dari belakang. Sewaktu aku menoleh, kulihat Rara berdiri di belakangku dan di sebelahnya ada seorang pria yang ternyata suaminya seperti yang pernah beberapa kali kulihat di media massa.

Aku bangkit berdiri dan Rara menjabat tanganku, memberi kecupan di pipiku serta memperkenalkanku dengan suaminya. Aku diperkenalkannya sebagai sahabat lamanya 8 tahun yang lalu. Lalu aku panggil Nini, saat aku akan memperkenalkannya, Rara berteriak..

"Nini.. Ada angin apa kita ketemu di sini"

Rupanya mereka sudah saling kenal. Aku tidak heran. Ternyata suaminya juga telah mengenal Nini sekilas. Akhirnya kami duduk bersama, aku dan Nini bersebelahan, Rara dan suaminya berhadapan dengan kami. Dengan posisi seperti itu, aku bebas berhadapan dan bertatapan dengan Rara sedangkan suami Rara dengan bebasnya memandang Nini, dan itulah yang dilakukannya, sesekali matanya turun melihat paha Nini yang terbuka serta belahan dadanya yang menantang.

Musik bergema dengan kerasnya. Beberapa gelas telah kami habiskan sehingga semua yang berada di meja itu jadi typsy, terkadang bicara agak ngelantur dan saling menggoda sudah menjadi hal biasa. Kadang kupeluk Nini atau sesekali kucium pipi dan bibirnya. Demikian pula Rara bersikap mesra pada suaminya. Tapi sering kutangkap pandangan mata Rara sehingga kami sering saling menatap penuh arti.

"Ada pandangan lain dari mata Rara buat kamu, apa itu?" bisik Nini di telingaku sambil tangannya meraba pahaku.
"Ternyata mata dan perasaan kamu tajam juga ya. Rara pernah sama aku 8 tahun yang lalu, di sini juga pertama kali aku bertemu dengan dia, hubungan kami cuma sekitar 6 bulan saat aku sering kemari untuk mengerjakan proyek kantorku" jawabku berterus terang.

Ternyata jawabanku cukup memuaskannya sehingga Nini tidak bertanya lebih lanjut. Selang beberapa lagu, Nini menarik Rara untuk menggoyangkan tubuhnya di lantai dansa. Terlihat mereka berdua bergoyang dengan santainya sambil sesekali mengobrol. Tak lama kemudian terlihat Nini melambaikan tangannya padaku. Aku mendekat sehingga kami bertiga ada di lantai dansa dengan dan bergoyang seadanya.


Ke Bagian 4

Nini, Cewek yang Misterius (bagian 2)

Nini Yang Misterius - 2

Dari Bagian 1


Nini melakukan proses gerakan menelan sampai aku orgasme kira kira dalam waktu semenit. Berarti Nini tidak bernafas selama itu juga, karena lubang nafas di tenggorokannya tertutup oleh penisku.

Aku bersandar di kursi menikmati orgasme paling nikmat yang pernah kurasakan selama ini. Nini meletakkan kepalanya di atas pahaku sambil melirik kepadaku. Tampak rona puas di wajahnya atas keberhasilannya menaklukkan seorang lelaki. Tak ada keringat di tubuh kami berdua karena memang kami tidak bergerak untuk mencapai orgasmeku, Nini hanya menggerakkan mulut, leher dan jarinya, sedangkan seluruh badanku diam hanya sesekali saja otot keggelku berkedut.

Nini bangkit menarik tenganku dan membawaku ke ranjangnya, Nini tahu bahwa aku sangat lemas. Dibaringkannya aku di ranjangnya yang empuk. Aku tiduran sambil memejamkan mataku untuk beristirahat. Lalu Nini berbaring di sisiku sambil sesekali tangannya mengelus penisku. Aku tahu, Nini patut mendapatkan yang terbaik yang pernah aku berikan pada seorang wanita, karena itu aku bertekad untuk habis-habisan memuaskan dia.

Tak lama kemudian aku bangkit berdiri menuju kamar mandi yang terletak di dalam kamarnya, sebuah kamar mandi mewah dengan bathtub bundar besar di tengah ruangan, cukup untuk 2 orang sekaligus. Sewaktu aku kembali ke dalam kamar, kulihat Nini telah telentang sedang memejamkan matanya dan tidak menyadari kalau aku sudah kembali.

Perlahan aku berjongkok di lantai dekat kakinya, kutundukkan kepalaku, kukecup ringan jempol kakinya. Nini agak terkejut hingga menarik kakinya, tapi dijulurkannya kembali. Aku melanjutkan mengecup seluruh jari kakinya lalu mulai mengulum jempol dan menghisapnya berkali kali. Kuulangi untuk seluruh jarinya kiri dan kanan.

"Viir.. Geli.. Tapi enaak.. Vir.." rintihnya.

Kulanjutkan penjelajahan lidahku di telapak kakinya sambil memberi gigitan-gigitan kecil di permukaannya hingga Nini menggoyang-goyangkan kakinya karena kegelian. Lalu aku naik ke betisnya, aku hisap belakang lututnya dan terus menelusuri pahanya hingga naik ke atas. Kujilati lipatan pangkal pahanya sambil sesekali menyentuh vaginanya yang masih tertutup G-String dan rok mininya masih berada di pinggang. Nini ikut terbawa nafsuku.

"Lick me.. Lick me.. Suck my clit pleassee..", ujarnya di tengah-tengah jilatanku.

Aku naik ke atas. Kutindih tubuhnya dan mulai kucium bibirnya, beradu lidah sambil menekankan penisku ke klitorisnya dan menggeseknya maju mundur, kujilat telinganya dan kugigit perlahan. Aku hisap sekeras-kerasnya, kujilat bibirnya tanpa mencium. Dia mengelinjang.

"Go down.. Go down.. Vir..", pintanya semakin bergairah. Aku jilat lehernya dengan penuh nafsu. Semakin turun, kujilat dadanya dan kugigit kecil putingnya.
"Ssff.., Vir.. Aaugghh.. More.. Moree.."

Kujilat juga perutnya. Semakin ke bawah, masih ada rok mini yang mengganggu keasyikanku. Sambil kuhisap putingnya, kubuka roknya lewat kaki serta kutarik G-Stringnya lepas. Kulanjutkan menjilati bagian perut dan kuhisap ringan pusarnya sampai bagian bawah perutnya. Kujilat klitorisnya sebentar lalu kuteruskan ke bagian sisi vaginanya sambil sesekali kuhisap agak kuat dan kupermainkan kembali klitorisnya dengan bibirku sambil terkadang kusedot. Sementara itu kumasukkan jariku sedikit ke dalam vaginanya hingga membuat dia semakin penasaran. Badannya bergoyang menahan sensasi. Tangannya meremas-remas dadanya sendiri. Dia sudah hilang kesadaran hingga kini gairahnya yang mengontrol.

"Pleasee lick it, Vir.. Oohh.. Viir.." jerit Nini.

Tetapi aku belum mau menuntaskan permainan oralku. Kuangkat tinggi-tinggi kakinya dan kulanjutkan jilatanku menuju anusnya tanpa menyentuh vaginanya hingga membuatnya semakin blingsatan. Kujilat ringan anusnya lalu kucium pinggirannya. Kubalikkan badan Nini karena dengan posisi demikian, ruang gerakku terasa kurang leluasa. Kuambil bantal lalu kusisipkan di bawah perut Nini sehingga sekarang posisi pantatnya menungging dengan kepalanya menekan ke ranjang.

Kembali kucium dan kujilat bongkahan pantatnya dari ujung atas belahan pantatnya serta menelusuri belahannya ke bawah, kugunakan kedua jempol tanganku untuk menarik kedua pantatnya sehingga lubang anusnya terbuka lebar. Kujulurkan lidahku dan menyapu melingkari permukaan anusnya.

"Ooughh..", jeritnya keenakan ketika lidahku menyentuh lubangnya. Kulingkari permukaannya sambil kudekap seluruh anusnya dengan bibirku, lalu kudorong lidahku ke dalam anusnya dengan keras sambil kuputar lidahku beberapa kali.
"Aah Vir.. Deeper.. Deeper.." rintihnya sambil menggelengkan kepalanya keenakan. Lalu dengan tiba tiba, kutarik lidahku dari anusnya dan kusedot sekuat kuatnya.
"Ooh.. What are you doing.. It's soo nice.. I can orgasm with that.. I never have that before.." teriak Nini. Lalu kuulangi teknik itu beberapa kali sampai Nini memohon..
"Vir.. Stop.. Stop.. Please.. Bring in your big cock inside me.., I am eager to have it in my cunt.." Desahnya dengan suara yang sangat merangsang.

Aku balikkan tubuhnya. Nini membuka kakinya sehingga vaginanya terpampang dengan jelas, tapi aku belum selesai dengan oralku. Kujilat kembali klitorisnya dan kupermainkan dengan bibirku dan kusedot kuat kuat. Setelah puas memainkan klitorisnya, lalu aku mulai menyorongkan wajahku ke arah kemaluannya untuk menjilatinya. Terasa bau khas kemaluan wanita yang harum dan merangsang.

"Aauuww.. Aahh.. Sshh.. Terus Vir, terruuss.. Oohh.."

Kuhisap air kemaluannya sampai kering, terasa asin tetapi nikmat. Seiring dengan hisapan-hisapanku, tubuhnya kembali semakin bergerak liar. Kumainkan liang kemaluannya dengan lidahku, kuputar-putar dan kumasukkan lidahku ke dalamnya. Terasa lidahku seperti memasuki sesuatu yang hangat dan sempit. Kumainkan kemaluannya dengan lidahku hingga membuatnya merasa akan orgasme. Badannya menegang dan pahanya menghimpit kepalaku yang membuatku susah bernafas.

"Oohh.. Ooww.. Ooww.. Uuhh.. Aahh.." rintihnya lemas menahan nikmat ketika hanya dalam 2 menit kemudian cairan orgasmenya yang hangat kembali menyembur keluar. Kemaluannya kini semakin basah karena dia baru saja orgasme dan kuhisap semua cairan yang ada dalam kemaluannya.
"Kau hebat sekali Vir, membuatku terangsang ke langit ketujuh dan orgasme, nikmat sekali cumbuanmu. Tidak salah penilaianku saat kita dinner tadi", bisiknya halus. Aku hanya tersenyum.

Lalu Nini menarik dan mencium bibirku dengan lembut, penuh dengan perasaan. Lidahnya menari-nari di dalam mulut, bermain dengan lidahku. Sementara tangannya meremas pantatku perlahan. Ditidurkannya aku kembali ke sisinya. Ciumannya bergeser ke bawah, ke leherku. Dijilatinya perlahan, kembali lagi ke telingaku, lidahnya menari-nari di dalam telinga dan menyedot perlahan ujungnya hingga membuatku melayang dan birahiku bangun kembali.

Kemudian elusannya di dada berubah menjadi remasan di penisku yang telah mengeras kembali sejak tadi. Kembali kutelentangkan tubuhnya di ranjang dengan pantat kuganjal bantal. Kuarahkan penisku ke liang vaginanya dan kudorong sedikit. Aku mulai menggoyangkan pantatku ke kanan kiri secara perlahan seakan mengorek dan menusuk-nusuk dinding vaginanya.

"Ooh.. Ooh.." Nini menjerit-jerit melampiaskan kenikmatannya sambil menggoyangkan pinggulnya dengan gerakan memutar. Tangannya memegang pinggulku lalu menariknya dengan kencang sehingga terasa sangat dalam penisku masuk di vaginanya.
"Come on vir.. Come on virr.. i am almost.. cuum.." Nini mengerang ngerang.

Kutekuk kedua lulutku lalu kuangkat kaki Nini sampai lututnya menyentuh dadanya dan kutindih dia sambil memaju-mundurkan pantatku sehingga aku dapat melakukan penetrasi sangat dalam sampai terasa tulang kemaluanku beradu dengan tulang Nini. Kurasakan ada dorongan luar biasa dari dalam tubuhku dan akan keluar melewati penisku. Kupercepat goyanganku, kudorong semakin dalam pinggangku lalu setiap kali penisku masuk dalam dalam, kukedutkan ototku hingga menyebabkan penisku semakin membesar dan mengeras.

"I am cumming.. I am cumming.. Ni.." teriakku.
"Me too, me too.. Please.. Don't stop.." Nini balas berteriak.

Akhirnya kurasakan badan Nini mengejang kuat sambil tangannya mencengkeram punggungku kuat kuat, saat itu pula spermaku kusemburkan di dalam vagina Nini sambil kudorong sedalam-dalamnya ke vagina Nini. Terada ada 5-6 semburan yang kukeluarkan dan setiap semburan mengakibatkan semakin kencangnya cengkeraman Nini di punggungku.

"Viirr.. Ooh.. Nikmaatt.. Aku keluar lagi Virr.." Nini berteriak. Badanku sedikit kuangkat untuk memberi ruang bagi Nini meluruskan kakinya dan badanku ambruk di atas badannya sambil kucium kening dan pipinya. Kulirik jam di dinding. Jam 2:12.

*****

Kami tertidur telanjang bulat berpelukan dengan AC yang masih menyemburkan udara dingin. Aku terbangun saat kurasakan kehangatan menyelimuti penisku. Terasa pelukanku kosong tapi penisku terasa geli. Kubuka mataku dan kulihat Nini sedang mengulum dan menjilati penisku. Terasa jilatannya berbeda dengan yang aku rasakan kemarin. Kali ini Nini menjilati dan mengulum penisku seperti makan lollipop, dijilatnya mulai pangkal sampai ujungnya bergantian, kadang zakarku dikulum dan disedotnya hingga menyebabkan aku kegelian.

"Nini.. Breakfast ya?" tanyaku.
"Hmm.. Hmm.." gumamnya.

Aku tarik kakinya untuk mengajaknya berposisi 69. Nini menyodorkan vaginanya ke mulutku yang langsung kujilat dan kumasukkan lidahku ke dalamnya. Penisku kembali mengeras dan tegak ke atas. Nini bangkit lalu memintaku tiduran. Lalu Nini tiduran pula berhadapan sambil memelukku. Nini mengangkat kaki kanannya dan ditumpangkannya ke kakiku sehingga vaginanya terbuka menantang.

Ditariknya pantatku lalu penisku diarahkannya ke lubang surganya. Tidak terlalu sulit untuk masuk. Saat setengah kepalanya sudah masuk, aku beri dorongan ringan tapi Nini menahan pinggulku. Bibirku diciumnya dan lidahnya menyeruak ke dalam mulutku mencari lidahku. Kami berciuman dengan hangatnya dengan penuh nafsu birahi.

Sambil berciuman, terasa penisku seperti tertarik masuk padahal aku tidak mendorongnya. Kupegang pinggul Nini yang ternyata diam juga, tetapi kembali terasa penisku memasuki vaginanya dan bibir vaginanya berdenyut-denyut menekan hingga membawa penisku masuk. Jarakku dengan Nini semakin dekat dan akhirnya menempel bersentuhan. Kuraba penisku, ternyata semuanya sudah masuk ke dalam vagina Nini. Terlihat bintik keringat di wajahnya pertanda Nini telah mengeluarkan tenaganya untuk menyedot masuk penisku.

Menakjubkan.., Nini ternyata memiliki teknik bercinta yang sangat luar biasa. Dia telah memperlihatkan teknik oral sex yang tidak ada duanya, dan sekarang dia tunjukkan pula teknik penetrasi yang jarang dimiliki oleh wanita. Konon hanya wanita dari pulau tertentu saja yang menguasaii teknik ini, padahal Nini adalah keturunan dan lahir di kota yang terkenal dengan kecantikan para wanitanya di ujung utara Indonesia ini.

Saat penisku sudah masuk semua, terasa penisku masih dipijit-pijit tapi tanpa disedot lagi. Akhirnya dia menggulingkanku dan dia naik menduduki penisku. Buah dadanya yang sangat indah kupegang dan kuremas-remas. Lalu Nini mulai memaju-mundurkan pantatnya mengocok penisku sambil menekankan klitorisnya pada batang penisku. Gerakannya semakin cepat lalu diubah dengan gerakan memutar yang semakin cepat seperti penari hula-hula. Kuremas buah dadanya semakin kencang. Penisku terasa diperas dan dipelintir.

"Nini.. Ooh.. Kamu.. Hebaat Ni.." desahku.
"Kontol kamu sih enaakk.. Jadi aku hilang kontrol.." katanya.
"Teruuss Ni, jangan berhenti.. Aku mau keluar.. Kamu masih lama nggak..?" tanyaku.
"Keluarin aja, aku juga mau keluar.." jeritnya. Putarannya semakin cepat lalu tubuh Nini mengejang hebat, terasa vaginanya semakin licin.
"Viirr.. Akku.. Keluar.. Dulu vir.." jeritnya sejadi-jadinya.

Tetapi Nini tahu apa yang harus dilakukan, putaran pinggangnya tidak berhenti, keringat sudah bercucuran dari wajah, leher dan seluruh badannya hingga menjadikan kulitnya semakin mengkilat basah dan semakin sexy.

"Nini.. Aku juga mau keluar.." teriakku.

Nini melepaskan vaginanya dari penisku dan digantikan oleh mulutnya. Penisku dikulum sambil dikocoknya dengan kecepatan tinggi. Tak lama kemudian orgasmeku tiba dan spermaku menyemprot hingga mengenai langit-langit mulut Nini. Nini berusaha tetap mengulum penisku. Setelah selesai dengan orgasmeku, tampak Nini menelan spermaku lalu dia naik ke tubuhku dan mencium bibirku.

Kami berciuman bibir. Saat lidahku kujulurkan untuk membuka bibirnya, terasa ada cairan dari mulut Nini yang memasuki mulutku, ternyata itu adalah spermaku sendiri. Nini menjulurkan lidahnya dan menyedot spermaku kembali. Lalu kami berciuman sambil bermain-main dengan spermaku.


Ke Bagian 3